Tuesday, November 25, 2008

Satu Bulan Berlalu...

... Satu bulan telah berlalu sejak hari pernikahan kami ... dan gue akuin, sebagai istri, gue masih harus belajar banyak untuk menyelami kehidupan baru ini. Jakarta keras... dan gue dituntut untuk melepaskan semua yang pernah gue miliki... Beberapa hari setelah menikah, kami sibuk pindah-pindah barang dari rumah gue, ke rumah sini. Awal-awalnya sedikit 'shock' karena gue menyadari ternyata gue gak punya apa apa... Semua fasilitas yang ada di rumah orang tua gue membuat gue 'buta' akan keberadaan yang sebenarnya. Dibutuhkan orang yang sabar luar dalam untuk bisa menghadapi rengek-an gue. Awal-awal gue pindah.. tentu membutuhkan adaptasi, membutuhkan sesuatu yang bikin gue bisa nyaman di rumah baru.. Rumah baru kami tidaklah besar, hanya ada 1 kamar tidur yang cukup besar untuk menampung kami yang berbadan lebar, 1 kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Mungil.. tapi cukup nyaman.

Dan tanpa kami sadari, rumah kami yang mungil ini sudah sering menerima tamu untuk menginap... :) tanpa kami sadari, rumah mungil ini ternyata sudah menjadi "basecamp" untuk teman-teman kami... Seneng rasanya punya rumah 'sendiri' yang bisa tanpa 'rikuh' untuk mengajak teman teman hadir di sini....

Dan fasilitas-fasilitas yang tadinya gue miliki, gue coba untuk 'paksakan' ke suami.. Alhamdulillah.. sedikit demi sedikit, fasilitas itu hadir, walaupun belum semua terpenuhi... Dan kesabaran Choy yang sangat membantu gue untuk menerima, menerima bahwa pernikahan itu tidaklah mudah. Ini baru satu bulan.. kami sudah terlibat cek-cok.. sudah ada krikil... namun kami yakin, kami bisa lalui ini...

Satu bulan pertama... betapa ternyata gue terlalu manja selama ini.. betapa gue terlalu nyaman hidup dalam kenyamanan gue.. my comfort zone... kalau dipikir.. suami pun juga hidup dalam comfort zone nya... hingga sekarang.. karena rumah kami bersebelahan dengan rumah orang tuanya... tapi gue gak mau memikirkan itu.. karena gue yakin, suami bisa memilah.. dan selama ini gue tahu siapa yang jadi prioritas... :D

Happy 1st Month Anniversary Choy.. semoga Allah selalu memberi barokah dan hidayahNya kepada kita... I DO love you :)


---

Wednesday, November 12, 2008

PerasaaN...

Kata orang, menikah itu sama saja dengan menapaki kehidupan baru... Bener juga, setiap ucapan selamat yang kami dapatkan memang kebanyakan : Selamat Menempuh Hidup Baru...

Layaknya pengantin baru, kami sekarang lebih asik di rumah, menjalani kehidupan baru.. saling mengenal lebih dalam pasangan kita masing-masing... Dan ternyata banyak sekali yang 'baru' gue kenal dari suami gue. Dan ternyata pula.. semakin gue mengenal dia, semakin gue sayang dia. Benar bahwa kami sering adu argumentasi mengenai hal-hal yang sepele... Kadang hal sepele, buat gue jadi GEDE banget.. dan sebaliknya, hal yang GEDE di gue, jadi gue pandang sepele.. :) tapi that's me.. gue ini sangat complicated, walaupun gue pengen jadi cewek yang simple.

Seperti tadi pagi.. beberapa hari ini, asma gue agak2 kambuh, karena musim pancaroba gini.. si suami pun juga sedang batuk2... dan .. yah.. belum ada keinginan dari gue untuk menghentikan kebiasaan jelek gue merokok... 2 malem lalu, asma gue kambuh.. terpaksa gue membangunkan si suami yang sedang enak tidur... dia bangun, lalu mijetin gue... tadinya dia gak mau berangkat kantor, takut gue kenapa kenapa.. tapi dia udah sering tidak masuk beberapa minggu ini... Jadi dia berangkat juga... lalu tadi pagi ... ntah kenapa.. gue tidur enak banget.. gak bangun2... Pas gue bangun, si suami sudah siap siap mau ke kantor.. masak air sendiri untuk mandi.. (biasanya gue yang siapin), bikin teh sendiri... setelah gue bener2 melek, gue ke belakang buat menunaikan pembuangan pagi .. pas gue liat... dapur sudah bersih.. piring2 kotor sudah tercuci dan duduk manis di tempatnya masing2... lantai sudah di sapu ... Gue terharu.. asli .. Sekian banyak temen2 gue bilang kalau suami mereka rata-rata males .. menyerahkan segala sesuatunya ke istrinya.. Tapi suami gue enggak tuh... Dia kemarin juga cuci pakaian ... dan saat itu gue segar bugar... Tidak ada keterpaksaan.. tidak ada ngedumel ... Dia lakuin itu karena dia memang sayang gue... Berapa banyak suami seperti ini yang pernah lo tau? Gue yakin gak banyak ... Dan gue beruntung.. gue bersyukur karena gue dipertemukan dengan dia...

Dia juga gak bawel dengan masakan2 gue yang rasanya masih 'ajaib' .. dia selalu makan dengan lahap.. mungkin juga karena laper.. gue gak peduli.... yang jelas, dia makan di rumah.. :D

Friends, perasaan gue sekarang terharu dan senang.. gak salah gue menerima ajakan dia untuk menikah ... Gue saat ini beruntung punya dia... :D



Thursday, October 30, 2008

Horeeeeeeeee I am Married!!

Setelah sekian lama menanti *cieh* ... Akhirnya Tuhan mengirimkan seseorang yang baik dan rela menghabiskan seluruh hidupnya bersama gue. Namanya Choiruddin.

Gue hanya ingin berterimakasih, kepada seluruh teman-teman dan bloggers yang mengunjungi blog ini, ... terimakasih atas doa-doa nya, semoga kami berdua bisa langgeng terus, dikaruniai anak yang lucu-lucu dan cerdas.. serta nurut sama ibu dan bapaknya yang 'nyleneh' ini.

Ini juga cerita-cerita soal 'keribetan' kami dalam mempersiapkan acara pernikahan kami, dan 'keruwetan' yang terjadi setelah hari pernikahan kami...

Emang sih, baru beberapa hari lalu itu akad nikah sukses diucapkan oleh suami (masih janggal deh nulis kata "suami") tanpa latihan babarblas (sama sekali - RED) Alhamdulillah.. dibilang "sah" ... hihih... Tapi bener kata temen-temen gue, setelah acara akad nikah itu, segala kepenatan, segala keruwetan, segala kepusingan jadi gak terasa lagi ... (dikit).

Berapa banyak dari para blogger yang serepot kami berdua dalam mempersiapkan acara pernikahan? Yakin banyak.... :) tapi banyak juga yang enggak, dan diserahkan ke Wedding Organizer.. bayar sejumlah uang, lalu tinggal duduk manis dan mempersiapkan lahir dan bathin menuju hari bahagia. Tidak demikian dengan kami.

Karena kami bukan dari kalangan orang kaya, kami gak sanggup untuk membayar Wedding Organizer. Walhasil, persiapan (hanya) 2 bulan itu kami maksimalkan. Karena dari awal, kami memang gak pengen mewah-mewah, kami pengen acara pernikahan kami itu simple, serta kekeluargaan. Tapi itu bukan berarti gak ribet....!!!

2 bulan menjelang hari H, kami mencari tempat... (harus atas persetujuan kedua belah pihak orang tua kami tentu). Kami memiliki beberapa alternatif, yaitu :

1. Masjid dekat rumah gue
2. Gedung dekat rumah gue
3. Restoran
4. Cafe

Dari keseluruhan tempat, tadinya kami bersepakat akad nikah akan diadakan di masjid, dan resepsi (syukuran) di adakan di restoran atau cafe. Namun, dengan berbagai pertimbangan, (males banget kalo pindah tempat setelah akad, menimbang tidak semua tamu kami memiliki kendaraan pribadi).

Omong punya omong (menghabiskan waktu 10 harian) kita bersepakat akan mengadakan akad nikah dan syukuran di satu tempat, yaitu di Masjid Jami' dekat rumah gue. Setelah booking tempat, (herannya pihak pengurus Masjid tidak minta DP) , kami lantas hunting catering. Tadinya, karena kami hanya mengundang saudara dan beberapa teman dekat kami, kami hanya ingin tumpengan... I mean.. akad tadinya akan diselenggarakan jam 9 pagi, selesai akad, jam 10... jam 12 karena sudah masuk shalat dhuhur, kami sudah selesai... Tapi... wah... ribet juga ternyata... pihak catering agak kurang bersahabat ... mereka mematok harga minimum. Setelah pindah pindah catering, dapet juga... kali ini kita lebih bertoleransi, kita tambahkan menu di dalam daftar.

Setelah Lebaran, tiba-tiba kami mendapat kabar, Masjid tetap bisa digunakan, akan tetapi, tidak diperbolehkan adanya musik. Bahkan musik islami!

"Pernikahan atau Pemakaman?" begitu komentar kakak.

Tanggal hari H sudah semakin dekat, tempat masih kurang sreg. Akhirnya dengan kenekadan dan gagah berani, kita hunting tempat lagi. Beberapa hari ... akhirnya kita mendapatkan tempat yang 'layak'. TAPI, kita harus sewa soundsystem sendiri, dan gedung itu harus di dekor supaya tampak lebih 'bersahabat' dengan acara pernikahan. wah.. budget kurang.... belum lagi.. mereka menerapkan harga sewa gedung serta beberapa persen tambahan untuk catering dari luar kontrak mereka. Budget budget!!! :( ... akhirnya tu gedung masuk daftar coret juga...

Setelah beberapa hari mencari (lagi dan lagi) kita dapat tempat yang bagus. Strategis, dan tempatnya cozy dan intimate... sayangnya... tempat ini merupakan Cafe ... agak sempat mikir juga, masa iya akad diselenggarakan di cafe? Tapi.. setelah mikir... kayanya emang bagus juga...
Akhirnya konsep kita rubah sedikit. Kami memang dari awal males "dipajang" .. seperti blog gue terdahulu. Tapi kita kan harus ada dekor sedikit, supaya tampak seperti "pernikahan" dan bukan acara "ulang tahun" .

Setelah berbicara dengan pihak manajemen cafe, mereka bersedia ditempati sebagai perhelatan pernikahan kami, hanya dengan membayar makanan, tanpa sewa gedung, dan tempat itu dinyatakan "close for public" selama acara kami berlangsung! Akhirnya, kami membicarakan hal ini dengan kedua orang tua kami, yang Alhamdulillah, menyetujui konsep kami.

Konsep Acara sudah disepakati, tempat sudah disepakati, .... tinggal 3 minggu menjelang hari H. Dan gue baru sadar, "baju nikah? souvenir? dekorasi? tata rias? undangan???" aih.. matiiiiii.....
Terpontang-pantinglah kami.... mendesain undangan (akhirnya simple aje, kita ngeprint sendiri, dengan hasil desain sendiri) , untuk souvenir, kita beli di Mangga Dua yang udah jadi, berupa tempat handphone (dompet handphone) batik, yang kita bungkus dengan kain tile, dekorasi, kita hanya beli sketsel bambu/rotan dan beli 1 buket bunga untuk ditengahnya, tata rias, ternyata ada salon depan cafe... baju nikah, beli di mangdu dengan harga yang relatif miring! Alhamdulillah.. menjelang 3 hari acara, semua sudah siap... tinggal dekorasi ... Terpaksa si calon suami begadang sampe jam 2 pagi untuk mendekor sendiri tempat perhelatan kami. Hihihih...

--- Setelah Acara berlangsung, Alhamdulillah (lagi!!) hampir semua tamu, saudara dan kerabat memuji : acaranya bagus, simple, dan intimate, kekeluargaan! Souvenir juga tidak terlihat "cheap" padahal ... yah... :) berapa sih harga souvenir di Mangga Dua? :)
Tetep ada TAPI-nya... katanya : karena pengantinnya jalan-jalan, dan kedua orang tua kami juga jalan-jalan... para tamu bingung nyari pengantinnya... hihihih.. padahal.. duh... coba deh... cari yang pake baju ajaib sendiri di antara semua itu laaahhh.... Foto - foto nanti akan gue pajang deh.... :) kalau udah jadi.. gue juga blon liat nih...

Setelah acara selesai.... (lebih cepat dari yang dijadwalkan, karena beberapa tamu berhalangan hadir dan banyak tamu yang ada acara lagi), kami yang sudah disahkan menjadi suami istri (cieeehhh) tetep ngendon di cafe, membereskan puing-puing dekorasi ... dan Anda tau hasilnya?? Kami naik ANGKOT pulang !!! :) haihaihiahiahihaihiahiaa....... karena para saudara dan kerabat sudah di rumah .... sedih? Enggak!! :) malah terasa asiknya... dan bisik bisik : baru kali ini ada pengantin yang pulang paling lama dan naik angkot :)

Malam pertama... :P gue gak akan cerita detil ya.. tapi here it goes ...

Kami dapat hadiah dari kakak, menginap 2 malam di sebuah hotel bintang 5 di Jakarta... Asik banget... :D tapi ... tiba tiba si suami kehilangan suara, dia tidur dengan tenangnya... sedangkan gue? Asik ngeliatin dia... aneh banget rasanya sudah bersuami... lirik lirik cincin kawin di jari manis.... rasanya belum lama kita terpontang-panting, belum lama kita asik asik berdua, sekarang... :) ehehe.... aneh banget pokoknya.

Dan sekarang, setelah kita menjalani kehidupan 'normal' .. suami bekerja... ternyata.. yah sama aja :) cuma... sekarang gue harus mikirin sesuatu yang lain... banyaaakkk.... pertanyaan : Bagaimana kalau gue gak bisa jadi istri yang baik, apakah nanti kami bisa punya anak? Beli perkakas isi rumah... pindahan dari rumah gue ke rumah "baru".... *sigh*

Tapi hopefully, kami bisa mengatasi itu.... hei... yang lalu sudah berlalu!! Aim the future!! :)

Jadi, terimakasih lagi... atas doa, atas kehadiran.. atas.. semua-muanya!!!




Wednesday, October 22, 2008

What My Name Means...

Gara - gara liat di MP nya seorang temen dan kebetulan ada linknya, gue jadi pengen nyoba.. ternyata arti nama gue begini... hmm.. kayanya ada benernya juga ... secara gue sering banget dibilang "bunga pemakan kumbang". Sadis banget julukan.... Tapi ...sekarang dah insaf kok..buktinya gue mo married... :P hihihh...

Bagi yang ingin mencoba, coba buka yang ini. Yang jelas bukan spammer & bukan penyebar virus kok... :)


What Widya Means
You are very charming... dangerously so. You have the potential to break a lot of hearts.
You know how what you want, how to get it, and that you will get it.
You have the power to rule the world. Let's hope you're a benevolent dictator!

You tend to be pretty tightly wound. It's easy to get you excited... which can be a good or bad thing.
You have a lot of enthusiasm, but it fades rather quickly. You don't stick with any one thing for very long.
You have the drive to accomplish a lot in a short amount of time. Your biggest problem is making sure you finish the projects you start.

You are balanced, orderly, and organized. You like your ducks in a row.
You are powerful and competent, especially in the workplace.
People can see you as stubborn and headstrong. You definitely have a dominant personality.

You are a free spirit, and you resent anyone who tries to fence you in.
You are unpredictable, adventurous, and always a little surprising.
You may miss out by not settling down, but you're too busy having fun to care.

You are usually the best at everything ... you strive for perfection.
You are confident, authoritative, and aggressive.
You have the classic “Type A” personality.


wuhuuuu :) Type A? :P preetttt....


Saturday, October 18, 2008

Mohon Doa Restu


Tidak lama lagi saya akan menikah.. hanya dalam hitungan hari ... :)

Saya Mohon Doa' Restu dari teman-teman yang masih mengunjungi Blog saya ini .. Semoga saya dan Calon Suami saya dilimpahi rejeki dan rahmat dari Allah SWT, ... :)

Akad Nikah akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 25 Oktober 2008 jam 10 Pagi.


Maaf apabila tidak dapat membuat pesta mewah-mewah karena saya pribadi memang tidak berencana untuk membuat hiruk pikuk :)

Sekali lagi, Mohon Doa' Restu nya ya.... :D

ps : terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut mensukseskan hubungan kami ..


Widya Amiranti & Choiruddin

Thursday, October 16, 2008

Denias -- Film Anak Negeri!!

Beberapa waktu lalu... mungkin sekitar setahun lalu ya... (atau lebih) ada film yang agak-agak mirip dengan "Laskar Pelangi". Judulnya "DENIAS"... Setting Lokasi diambil di Wilayah Timur Indonesia, tepatnya di Papua atau Irian Jaya. Film ini sebetulnya film "uji - coba" kalau boleh gue bilang gitu sih.. karena mereka baru bikin film ya sekali ini. Mereka - Nia Zulrkanaen dan suaminya ergh.. siapa deh? A. Sihasale... ya kalo gak salah? Nah kalo salah, ya maaf lahir bathin deh ... :P Denias - tokoh utama sekaligus judul film ini, merupakan anak yang juga haus akan pendidikan... Bedanya... film ini betul-betul menitik beratkan kepada kemampuan dari seseorang yang bernama Denias itu. Satu lagi... ini merupakan cerita nyata...

Yang membuat gue berdecak kagum akan film ini adalah :

1. Kisah Nyata!
2. Pemandangan di setting lokasi... MENAKJUBKAAAANNN..
3. Bener-bener film pendidikan.

Yang nonton film ini dan tidak tergerak hatinya untuk mengenyam pendidikan seperti Denias orang kampung yang harus mengembara jauh demi pendidikan, adalah orang yang tidak bisa mensyukuri hidup. Beneran deh. Sama seperti Laskar Pelangi.. film ini juga mengenai anak tidak mampu yang harus mengembara demi pendidikan.. dan akhirnya dia ketauan kalo ternyata pinter banget.. Tidak sejenius yang digambarkan oleh Andrea Hirata tentang Lintang, tapi Denias anak yang rajin dan pinter .. lebih pinter daripada anak seusianya.

Menurut gue, film ini "menghidupkan" perfilm-an di Indonesia yang kayanya semua serba "ikut-ikutan". Waktu "Ayat-ayat Cinta" booming.. semuaaa ikut bikin film bernafaskan religi.. waktu "Ada Apa dengan Cinta" booming.. semuaaaaaa.. ikut bikin film bernafaskan cinta ABG atau cinta remaja...

Anyway... ini salah satu film "kebangkitan" perfilm-an Indonesia... yang blum nonton.. mending nonton deh... recommended!! :)

Laskar Pelangi – Mengandung Sarat Makna??

Tanggal 25 September 2008 kemarin merupakan hari “bersejarah” mungkin, bagi seorang yang bernama Andrea Hirata. Novel dengan judul “Laskar Pelangi” yang ditulisnya diangkat menjadi film layar lebar yang diproduksi oleh Miles Production. Riri Reza menjadi sutradaranya dan anak anak Belitong asli yang memerankan tokoh utamanya. Sebelum novel ini diangkat menjadi film layar lebar, gue hanya tergugah membaca novel ini karena provokator dari para temen-temennya pacar gue yang bilang : ini novel bagus banget! Menggugah! Memotivasi! Dan sebagainya. Karena Laskar Pelangi ini merupakan buku satu dari tetralogi milik seseorang yang bekerja di perusahaan Telkom Bandung dan katanya sedang menjalankan kuliah S3 nya, gue jadi tertarik. Tertarik karena untuk ukuran S3 yang seharusnya gak ada waktu buat nulis novel, dia malah bikin 4 novel.

Anyway, setelah gue baca 3 bukunya (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor – karena buku ke-empatnya Maryamah Karpov belum terlihat di toko buku) gue menyetujui pendapat temen-temen yang lain. Novel itu .. gimana ya… sarat makna – meminjam istilah orang-orang berpendidikan lainnya. Bagi yang belum pernah baca, atau belum sempat membaca sampai habis, Laskar Pelangi merupakan novel tentang petualangan anak-anak Belitong, suatu daerah (gue gak yakin apa itu pulau atau hanya nama daerah, geografi gue selalu jelek lantaran gurunya gak enak dan sering bolos pas jam pelajaran itu) di daerah Sumatra. Anak-anak ini merupakan anak – anak dari para pegawai pabrik timah atau buruh (you name it) yang miskin namun memiliki cita-cita kemauan keras untuk mengeksplorasi otaknya. Anak-anak seusia mereka dijadikan buruh pabrik atau kuli angkut oleh orangtuanya, namun ada 10 anak yang disekolahkan. Nah, novel ini bercerita tentang masing-masing karakter 10 anak-anak tersebut, juga menggambarkan suasana dan alam dari Belitong itu sendiri. Menggugah? Jelas. Gue selalu suka dengan novel petualangan.. Apalagi, novel ini juga bercerita tentang jatuh cinta pertama si “ikal” yang gue rasa adalah cerita tentang penulis itu sendiri, Andrea Hirata. Terus terang gue gak sabar ketika tau bahwa novel ini akan diangkat menjadi film layar lebar.. iyeee.. bioskop…

Tanggal 25 September kemarin, hampir seluruh bioskop di Indonesia menayangkan ini. Karena bertepatan dengan bulan Ramadhan, gue pikir bakalan sepi… Maklum.. orang orang sejagat Jakarta Raya kan bakalan mudik tuh.. ternyata SALAH!! Mereka berbondong-bondong nonton film ini. Berhari-hari tiket habis, semua jam!! Entah orang Bintaro yang norak dan haus hiburan, atau emang film ini memang layak untuk ditonton, gue gak tau… Tapi kemarin..AKHIRNYA!! Gue bisa nonton film ini, walaupun dapet tiketnya di Blok M Plaza dan ternyata di dalem udah penuh. Ya gak penuh banget sih, sengaja gue memaksa cowo gue buat nonton tidak malam hari libur. Penasaran!! Review sementara yang gue baca di media massa itu, film ini lebih bagus daripada novelnya. Itulah kenapa gue penasaran.. Berkali-kali gue nonton film yang diangkat dari sebuah novel Indonesia, dan hasilnya.. malah merusak novel itu sendiri… Well.. mungkin gue terlalu high expectation tapi… inilah hasil review gue pribadi..

Seharusnya film ini merupakan hasil ‘angkatan’ dari sebuah novel, dan bukan karangan pribadi orang lain.. Sayang banget beberapa adegan yang seharusnya ditampilkan pada film yang menurut gue menarik di novel, justru tidak ditampilkan.. Seperti adegan “sembahyang rebut” yang dilakukan oleh orang orang Tionghoa, ketika Ikal bertemu dengan A Ling, cewek cinta pertamanya. Mungkin karena mahal atau mungkin menurut sang sutradara justru gak penting. Tapi jadi kurang ‘greget’ nya. Lalu.. ada lagi ketika cerdas cermat SD itu… yang tampil dalam film kok justru “Mahar, Lintang dan Ikal” .. padahal seharusnya “Lintang, Ikal dan Sahara”. Dan topik yang diperdebatkan oleh Juri dan Guru dari SD PN Timah itu juga gak penting banget.. beda dengan di novel.. BEDA BANGET!!! Karena gue penikmat film dan novel.. gue sangat memperhatikan detil… pada satu adegan (karena gue udah terlanjur kecewa, gue gak merhatiin adegan mana) ya ampun.. itu MICROPHONE kenapa keliataaannn??? Oh iya, harusnya gue ulangin, novel asli yang berjudul Laskar Pelangi ini bercerita tentang petualangan 10 anak... tapi di film? hmm... kok jadi melenceng ya, malah sarat dengan "pendidikan"... tentang Gurunya... dan lain-lain itu lah... *sedih*

Buanyak banget ‘kekurangan’ dari novel ini.. Gue selalu bilang sama diri sendiri untuk jangan terlalu menaruh harapan tinggi ketika novel diangkat menjadi sebuah film. Gak akan mengena!! Tapi kenapa gue gak bosen ya melakukan hal yang sama berulang-ulang? Setelah gue nonton film ini.. gue gondog bukan main. Sayang banget… OH satu lagi.. itu Tora Sudiro ngapain di film? Gak penting banget. Dalam novel Laskar Pelangi… tidak ada yaaaa karakter si Pak Mahmud yang suka sama Ibu Muslimah! Duh.. kenapa harus diadakan sih? Jadi merusak novel … Lalu saat Lintang “dianugrahi” kejeniusan pun… entah kenapa… tidak pakai efek-efek seperti dalam film “Beautiful Mind” dimana angka-angka dan huruf huruf berloncatan keluar seperti seseorang jenius. Tapi efek itu justru ditampilkan saat Ikal jatuh cinta… Bunga bunga bertebaran…. Duh…

Satu yang gue kagumi adalah ketika Pelangi berulang-ulang ditampilkan… apa lagi di pantai yang banyak batu batu besar segede-gede gaban.. Indah banget… Indonesia ternyata indah…. Pemandangan Belitong (mungkin daerah pesisir) itu sangat indah… ternyata. Dan gue bisa menikmati keindahan-keindahan itu, sekalian ‘refreshing’ setelah melihat cerita film yang dipoles sana sini dari novelnya. Adegan-adegan lucu, slapstick, juga cukup menghibur, namun kadang tetep gak kena dan gak nyambung. BTW, di novel.. Mahar ketauan bakat seninya setelah menyanyi di depan kelas menggunakan alat music bernama “sitar” .. ini kok malah rebana…. Emang sitar itu sama dengan rebana ya? Atau emang gue gak tau?

Mungkin bisa jadi gue akan nonton Laskar Pelangi lagi.. bukan untuk melihat jalan ceritanya.. tapi untuk melihat keindahan Belitong…. Gak bisa dipungkiri, efek sunset saat anak anak main di laut.. sungguh menakjubkan!! Kalau Andrea Hirata bilang ini film lebih bagus dari novelnya… gue gak tau dia bohong sama siapa.. sama diri sendiri, basa-basi terhadap Miles Production… atau kepada publik? BTW, kalaupun Andrea Hirata ternyata main main ke blog gue.. maap ye.. jangan tersinggung.. tapi bener.. Novel nya JAOH LEBIH BAGOOOSSS daripada filmnya !!! Kalau bikin film mbok ya jangan setengah-setengah.. kalau novel booming, pasti film booming kok… jangan irit sama dana produksi deeehhh!!! Saran aja sih.. hihihiih….

Thursday, October 02, 2008

IduL Fitri ... 1429

Lebaran ini bukan main sedihnya... Gak tau kenapa.. atau gue kena angin topan mana... 2 hari sebelum 1 Syawal gue nangis sejadi-jadinya... sampe' Choy juga bingung liatnya... Diem dikit, tiba-tiba nangis... Yang paling aneh.. waktu gue sama Choy abis keluar makan... sehari sebelum takbiran.. gue langsung masuk kamar, ngecuekin Choy yang ada di luar... dan gue nangis sejadi-sejadinya...

Setelah Choy pulang, gue duduk lagi di kamar, agak bingung sama diri sendiri .. kenapa kok gue nangis ya? Apa yang gue tangisin? Dan sepertinya gue tau ...

Ini akan menjadi lebaran terakhir gue melajang... Dan tahun ini entah kenapa, gue ngerasa sendirian banget.. Padahal tahun-tahun lalu juga gitu... Setelah Papa menikah lagi (bosen gak sih lo kalo gue crita ini) tentunya istrinya yang diutamakan.. dan gue mengerti itu, sungguh. Jadi mereka tiap tahun akan pergi ke Pati - Jawa Tengah, lalu kakak gue akan pergi ke luar kota entah ke mana... dan gue akan di rumah sendiri. Tiap tahun juga seperti itu ... Kenapa tahun ini gue jadi nangis? Mungkin karena i know that i am not going to be in this family anymore next year... i know that i will have another family to come to next year... and sometimes it frightens me. Seeing me with another family...

Sometimes I get the feeling that I've been abandoned, but perhaps it was me who's abandoned them. I often feel sorry for my self .. and other times I even blame God for taking away people that I love most... I know it's not right, who am I to blame God? But I do. Makes me feel sad when you find out that when you came home you see nothing but all the things at your home, no warmness, no family, no one at all. No Mum, No Dad to talk to, even my sis is busy with her self. I felt that I can't communicate with them, I felt that I am not a part of this family.. Perhaps that's the one what makes me cry the whole day yesterday. And yet, knowing that this is going to change next year, that I will have a husband to talk to, I will have a new family to look after.. it's just shivering.

Well, for what ever it cause, Eid is always been beautiful... It still Is... for all the readers that came to my blog, this is the right moment to say Forgive me, for what I have done, for what I might have said in this blog that might hurt your feelings.
Happy Eid Mubarak, Minal Aidin Wal Faidzin....



Tuesday, September 23, 2008

What is THIS?

Makin mendekati hari H pernikahan gue, everything can make me having this headache.

Gue yang tadinya pernah mengalami keraguan untuk menikah (hanya karena gue belum menemukan seseorang yang mampu menghadapi gue seumur hidupnya – atau menemukan seseorang yang sangat bodoh untuk menghabiskan seumur hidupnya dengan gue), mendadak ingin menikah. Setahun pacaran. Sedangkan, dulu gue selalu bilang sama banyak orang, bahwa gue akan mengenal seseorang yang akan gue nikahi itu dengan baik. Mengenal pribadinya, mengenal kelakuannya, mengenal sifatnya, mengenal apa yang harus gue lakukan ketika dia sedang tidak mood bicara, mengetahui bagaimana gue harus bertindak kalau ada perbedaan pendapat antara kita. Dan itu tidak akan bisa dilakukan dalam jangka waktu HANYA satu tahun. Wong yang 7 tahun pacaran aja belum tentu mengenal pasangannya. Bahkan gue menjadi – sok dewasa – menghakimi, memberi pendapat, memberi penjelasan apa yang harus dan tidak harus dilakukan terhadap sahabat gue dari SMP yang sekarang sudah menikah selama 5 tahun dan kadang ingin cerai, kadang cuma “ngangkang” hanya untuk melayani suaminya, atau kadang jatuh cinta setengah mati sama suaminya. Padahal gue belum menikah. Gue belum menjalani pernikahan. Banyak yang bilang, pernikahan itu indah. Ada juga yang bilang bahwa pernikahan itu seperti neraka. “Mendingan single” itu kata mereka yang kebetulan temen-temen gue yang sudah menikah dan menjalani pernikahan yang katanya “buruk”. Ada juga yang bilang “Kalau tahu pernikahan ini sedemikian indah, gue gak perlu nunggu selama 30 tahun untuk menikah, mending gue nikah waktu gue masih umur 21, jadi gue bisa ngeliat anak-anak gue sampe punya anak lagi”.

Mendekati hari H pernikahan gue, gue seringkali melihat sesuatu yang membuat sering kali berucap dalam hati, kata-kata yang kira-kira seperti ini; “astaga, kok dia begini?”, “lho.. kok gue gak tau?”, atau “aww, isn’t he sweet?”, dan lain-lain. Acapkali juga gue ber sms ria dengan 2 orang temen gue yang sudah menikah dan sudah pernah menikah. Seringkali gue hanya mengeluh, “Gokil, gue lagi cerita seru sama dia, ternyata nyawa dia ntah kemana, dan gue sebel!” atau “Ya ampun, dia ngorok kenceng banget, gue gak bisa tidur!” atau “Dia gak mau olahraga, padahal dia sadar betul kalo dia gendut. Kalo dia sakit diabetes atau kolesterol dan mengidap penyakit jantung gimana?” atau “Gue udah siap punya anak belum ya? Gue gak disukain anak kecil, I don’t know how to handle them, sedangkan dia sudah pengen punya anak, gimana nih?” Dan kedua teman gue yang –notabene- sama sama membenci sekaligus mencintai lembaga perkawinan sempat memberi jawaban di sms yang bikin gue kadang down.

Salah satu teman gue, (tanpa perlu gue menyebutkan nama) sudah menikah dua kali. Kali pertama adalah ketika dia merasa ‘berkewajiban’ untuk menikah demi meluluskan permintaan terakhir ayahnya yang sakit keras, tanpa dia mencintai calon suaminya. Ketika malam pertama pernikahan mereka, teman gue menerima telpon dari mantan pacar suaminya, dan memberi tahu kalau suaminya ternyata sudah menghamili mantan pacarnya. Akhirnya, setelah ayahnya meninggal, dia minta cerai. Kali kedua dia menikah, dia merasa ‘harus’ menikah demi ‘menyelamatkan’ diri dari seorang pria yang mengancam akan bunuh diri di depan rumahnya, sehingga dia ‘terpaksa’ menikah dengan orang lain, supaya orang yang mengancam bunuh diri itu mundur teratur karena wanita pujaannya ini ternyata akan menikah. Beberapa bulan kehidupan pernikahan mereka berlangsung ‘aman-aman’ saja, sampai suatu ketika suaminya jarang pulang karena lebih percaya pada ‘barang-barang klenik’. Hampir tiap malam suaminya ‘berburu’ barang-barang mistis, entah itu keris, pedang, batu atau apapun. Entah berapa lama itu berlangsung, karena gue juga jarang berhubungan dia, sampai suatu ketika, teman gue ini menerima telpon dari kakak suaminya dan mengatakan bahwa suaminya dia ternyata sudah menikah dengan wanita lain, tanpa sepengetahuan teman gue. Aneh? Jelas. Gue mengganggap suaminya “bajingan”. Gue gak tau lagi kata – kata apa yang lebih parah daripada kata itu untuk mendeskripsikan seorang suami yang tega mengawini wanita lain tanpa sepengetahuan istrinya tanpa alasan yang jelas, dan meninggalkan istrinya itu berbulan-bulan lamanya.

Sewaktu gue curhat dengan teman gue ini mengenai calon suami gue, dia bilang “Itulah pemandangan yang akan mengisi hidupmu kelak. Kita cerita seru, suami kita Cuma angguk-angguk pura-pura ngerti, memandang kita dengan mata tololnya, tanpa sedikitpun ‘mendengarkan’ kita. Itu biasaaaa… “. Merasa mendapat ‘dukungan’ dari sesama wanita, gue semakin “hot” menceritakan ‘kekurangan – kekurangan’ calon suami gue. Dan dia lagi-lagi sms : Laki-laki itu selama masa ada nafasnya yang ada di otak mereka hanya sex, makan dan kerjaannya. Teori nya : pernikahan itu mengurangi depresi buat laki-laki namun membuat perempuan waras jadi lebih gila”. Dia juga sms : “Lupakan cinta tanpa syarat, atau kekuatan cinta akan menghapus segala masalah, happily ever after, atau apapun. Menjadi seorang istri berarti lo harus menyiapkan diri menjadi babu, koki, customer service, dan lonte halal dalam satu periode, selamanya. Nah, disitulah kekuatan perempuan. Gak diajarin di teori manapun dalam S2”.

Gue shock berat ngebaca sms dari dia. Tapi gak heran juga, dia sudah mengalami dua pernikahan yang gagal, gue seharusnya gak kaget melihat reaksi dia yang sedemikian rupa. Gue sudah membaca hampir semua buku yang mendeskripsikan ‘perbedaan’ wanita dan pria. Why Men don’t listen and Women can’t read Maps, Men are from Mars and Women are from Venus, atau buku buku dan artikel-artikel semacam itu. Tapi gue tetep miris dan kaget melihat faktanya bahwa ternyata itu bisa saja terjadi di kehidupan gue nanti. For one moment, gue meragukan untuk menikah.

Hampir berkali-kali, calon suami gue itu ‘menyodorkan’ pemandangan yang kadang bikin gue – pinjem kata-kata ABG – “ilfil” atau Ilang Feeling. Sewaktu dia dengan cueknya tiduran di lantai ruang tamu gue, atau melek-merem bahkan sampe ketiduran ketika gue cerita-cerita. Kadang membuat gue berfikir, “Is this the man I am going to marry? Am I really ready to see this in front of my eyes for the rest of my life?” Sampai kadang gue histeris bertanya sama dia “Berapa jam kamu butuh tidur dalam sehari?”. Gue kadang gak abis pikir aja gitu lho, dia tidur berjam-jam, bahkan kadang lebih pagi gue bangunnya, dan selang 8 jam kerja dia udah kecapekan dan gak sabar liat bantal dan kasur, sedangkan gue masih melek dan iseng ngebaca buku. Apa memang pria membutuhkan jam tidur yang lebih daripada wanita? Why can’t I understand this? Are there any explanations, why they say that men are physically stronger than women whilst women only need sleep for maximum of 7 hours and them for 10 hours a day?

Tapi, kadang gue lupa… kalau lagi emosi, yang keluar Cuma jelek-jeleknya aja. Sejujurnya, disamping ‘kekurangan-kekurangan’ calon suami gue itu, dia baik dan bertanggung jawab. Dia bisa menerima gue apa adanya. Gue yang urakan, gue yang bossy, gue yang panikan, gue yang jelek, gue yang gendut, gue yang – sampe sekarang – pengangguran, gue yang egois, gue yang jarang pengen bertanggung jawab, gue yang boros, gue yang keras kepala, dan gue – gue yang lain yang tidak semua orang bisa menerima gue, bahkan keluarga gue pun tidak. Calon suami gue bisa menerima itu semua dan –katanya- sayang sama gue. Kadang, gue gak bisa melihat itu. Oh satu lagi, calon suami gue adalah orang yang “cukup bodoh” (atau pandai?) yang mau dan berkeinginan untuk hidup berdampingan dengan gue, seumur hidupnya. So tell me, am I lucky atau gue yang menjadi sangat pintar untuk tidak menggagalkan pernikahan gue yang sudah di depan mata? We’ll see…





Thursday, September 18, 2008

Rough Times...

Sebenernya gue gak suka mengumbar kesedihan di depan umum. Tapi, kayanya emang gue harus berbagi, biar ngerasa Plong. Kaya permen bolong rasa plong itu.

Gue bahkan gak tau harus mulai dari mana buat nulis ini... karena gue yakin, kalo gue cerita ini, berarti harus cerita dari masa gue kecil .. di masa gue masih ada di Surabaya, di rumah Eyang yang buesaaarr banget... Rumah dinas PJKA (sebelum jadi PT. KA) yang ditempatin Eyang memang besar banget. Kamarnya banyak, dan halamannya luas. Dulu kita semua, 3 Generasi keluarga besar itu suka banget kumpul di teras.. masih inget dulu ada pohon kamboja buesar banget yang bikin teras itu jadi adem... anyway, dulu kita suka kumpul di teras... sambil 'nyegat' tukang jajanan lewat.. ada es dawet, lontong kupang, bakso.. tahu campur... apapun deh.. pokoknya, kalau 3 generasi itu kumpul, tukang dagangan demen banget pada masuk halaman rumah demi memuaskan perut-perut yang berbeda selera...

Selang beberapa tahun, satu persatu kami meninggalkan eyang sendiri di rumah yang besar itu.. ada yang ke Jakarta, ke Bandung, Semarang, Madiun... pisah semua ... sampai suatu ketika, Eyang kakung meninggal sekitar tahun 1989... salah satu dari anak eyang harus menjaga eyang Ti.. dan dipilihlah adik nyokab gue... untuk kembali lagi ke rumah dinas yang besar itu.. menjaga eyang .. dan membina rumah tangga di situ.. Gue yakin gak mudah... Eyang Ti itu kadang suka 'badung' .. :)

Singkat cerita, adik mama ini sudah dari dulu dekat dengan anak anak mama gue... apa lagi gue.. dulu gue terbiasa manggil adik mama dengan sebutan "mama" dan bukan 'tante' seperti yang seharusnya. Ketika mama meninggal, tante pernah 'berikrar' untuk menjaga gue - anak bontot yang badung banget, yang kadang cuma nurut sama tante - Dan gak nyangka... ternyata itu 'ikrar' itu yang dijaga.... hingga tante akhirnya dipanggil Tuhan beberapa waktu lalu ...

Eyang Ti meninggal beberapa bulan lalu, saat gue sedang mengalami 'euphoria' kelulusan S2 gue. Gak adil banget rasanya, gue bersenang-senang, tapi di saat yang sama gue nangis karena Eyang Ti yang sudah berumur 88 akhirnya dipanggil Tuhan...

Anyway, beberapa saat lalu, gue akhirnya akan dilamar... (yes, DILAMAR - ) Tante gue yang sibuk nelpon hampir setiap hari untuk menanyakan persiapan lamaran. Padahal, what is to prepare? Cuma ngobrol sama bokap gue.. dan nentuin tanggal... dan kelar sudah. Tapi Tante sibuk banget, bertanya ini itu, gimana persiapan, lalu apapun deh .... hingga akhirnya beliau sakit, karena "mikir". Waktu akhirnya lamaran itu terlaksana, tante sedang di RS, transfusi darah. Tante memang dari dulu mengalami anemia dan HB yang rendah.. gak tau kenapa. Trombosit juga rendah banget... pernah didiagnosa demam berdarah, tapi tidak ada gejala-gejala demam berdarah... Hari Minggu, tanggal 24 Agustus 2008, Tante masih sempet telpon, dan masih sempet ngeledekin gue karena mau lamaran...

Tapi, tanggal 26 Agustus 2008, kesehatan Tante menurun drastis.. birokrasi di RS Soetomo - Surabaya ntah kenapa belibet sekali.. Tante gue yang harusnya sudah masuk ke ruang ICU tertunda.. dan akhirnya.. sekitar jam 16.45... Tante gue... dipanggil... padahal, Eyang Ti meninggal belum ada 40 hari... gue SHOCK. Kehilangan 3 ahli keluarga dalam jangka waktu 2 tahun... dan saat gue sedang mengalami kebahagiaan..

Gue sempet teriak ke Tuhan... kenapa ini semua menjadi gak adil di mata gue... :(
Dulu mama meninggal saat gue mau lulus kuliah S1.. dan sekarang gue mau menikah... ada lagi keluarga yang diambil... Lalu gue inget nasib adik-adik sepupu gue... Anak-anak Tante yang tinggal di rumah dinas Eyang... yang dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun, kehilangan Ayah, Eyang Ti dan Ibunya.. Mereka lebih merana daripada gue... yatim piatu di saat akan memasuki bulan Ramadhan.. harus mencari rumah baru (karena itu rumah masih rumah Dinas PJKA) ... gak kebayang rasanya kaya apa... Who Am I to blame YOU, God?

Waktu gue dateng ke Surabaya, hanya untuk melihat jasad Tante yang sudah gue anggap mama sendiri... yang terngiang di telinga gue hanya kata-kata tante waktu ngomong ke adik sepupu gue Miko : "Gek ndang aku diterke neng Rumah Sakit, gek ndang waras, aku pengen neng Jakarta ndelok arek wedhokku nikah.. " (- Cepet antar aku ke Rumah sakit, biar cepet sembuh, aku pingin ke Jakarta, mau ngeliat anak perempuanku menikah - )

"ikrar" mu telah lunas Ma... aku sekarang udah ada yang jaga... Insya Allah... Selamat Jalan, Tante Mungki ..


dedicated to : Edi Purnami ( 20-11- 1946 - 26-08-08)

Thursday, July 17, 2008

BeNeR Kan?

Nah, ini berkaitan dengan tulisan beberapa waktu lalu, soal pernikahan. Mungkin ada beberapa temen gue yang bilang : Lo bakalan nikah? Yakin? Dan gue cuma tersenyum. Gue tau, beberapa temen gue mungkin bakalan gak percaya sampe melihat dengan mata kepala sendiri (atau pake mata kepala orang lain terus diceritain ke dia) kalau gue beneran nikah.

Setelah bertahun-tahun gue selalu berkoar bakalan menikah, lalu gue ngerasa skeptis lagi, akhirnya gue berani bilang, yep, gue akan menikah. Orang yang kenal gue, sekali lagi akan bilang : siapa cowo yang tidak beruntung itu? Dia liat apanya dari elo? Sesungguhnya gue gak tau. Dia pasti mabok waktu dia akhirnya bilang mo menghabiskan seumur hidupnya sama gue. Tapi ya gitu deh, kayanya dia yakin mo nikahin gue. Jadi gue pikir, yah.... gue juga gak mungkin gak nikah. Gue pernah bilang gue pengen nikah kok. Tapi gue gak mau ribet. Yang ngabisin puluhan juta buat ngerayain, hanya supaya "dilihat". Emang gak bisa difoto aje?

Tapi ternyata bener. Urusan "ancang-ancang" pernikahan ini bisa bikin retak keluarga. Gue pengennya sederhana, sedangkan bokap gue pengen temen-temen dia hadir. Gue pengennya hanya keluarga aja, tapi apa daya, keluarga gue banyak yang di luar kota. RIBET.

Yang jelas, gue gak pengen "dipajang" .. itu lho.. yang disuruh berdiri doang salaman, ngeliatin tamu-tamu yang lain makan, makanan enak enak.. sedangkan penganten cuma disuruh ngeliatin dan nahan laper. Wah.. males banget..... perasaan, kita yang bayar catering kok gak boleh makan sampe tamu pada pergi? Yang ada malah gak bisa ngobrol sama tamu-tamu... apa asiknya? Tapi ya itu tadi... katanya kalau menikah kan menyatukan dua keluarga.. gak cuma dua manusia doang. Susah ya?

Demi 'menyatukan' dua keluarga ini, kita harus toleran... harus tenggang rasa... gue udah beberapa kali ke pesta pernikahan temen-temen gue... isinya ya.. begitu begitu aja... salaman sama penganten, foto-foto, terus makan. Mo ngobrol sama pengantennya jadi gak enak, karena antrian di belakang buat salaman dan foto juga panjang. Kalo gue bilang, pengantennya jalan-jalan aja gimana? Mereka bilang, ya gak pantes, ntar tamu bingung yang penganten yang mana. Lahhh..... kayanya yang bakalan diundang kan keluarga yang emang udah kenal?? Masa iya sih gak kenal ama pengantennya??? Mumet beneran gue...

Belum abis "masalah" itu, gue kudu mikir buat sewa tempat, untuk 'berkumpulnya' kedua keluarga.. dan lo tau berapa sewa tempat? Gak mahal! Gue udah seneng aja... tapi begitu gue bilang, untuk sekitar sekian orang, pengurus tempatnya bingung, dan bilang : mbak, ini buat nikah atau arisan? Yeeeee..... dan ketika gue juga harus mikir, paling tidak ada makanan kecil dan minuman... ITU yang mahal. Amit amit! Beneran deh.... kenapa sih gak bisa akad aja, foto foto, sebar di internet atau ke mana gitu dan bilang : telah menikah? Kenapa juga jadi "gak pantes" ? Mungkin karena pemikiran sekali seumur idup ya? Beneran deh, kalau harus ngabisin belasan juta rupiah hanya untuk pembuktian telah menikah, gak relevan banget... emang penting ya pesta-pesta gitu? Huh.....


Sunday, July 13, 2008

a StoRy of the Past....

Entah kenapa, pagi ini gue tiba-tiba iseng, browsing ke google.com. Lalu, iseng, gue nulis nama asli gue di search engine itu. Dan terdapat beberapa nama mirip mirip dengan gue. Tapi ada satu yang persis banget, dan berupa blog. Penasaran, gue lalu membaca. Ternyata blog itu milik seseorang. Yang, entah kenapa, bikin gue mengingat kembali soal dia. Dia yang sering memberi nama gue "bidadari". Iya, cuma satu nama itu yang menjuluki gue sebagai "bidadari", dan tetap konsisten menggunakan nama panggilan itu dalam blog-blog dia. Dalam setiap tulisan dia.

Entah kenapa juga, semua kenangan hadir lagi... Gue sering membuat dia bingung, dan dia sering membuat gue menangis, entah kenapa. Gue yang menampik kehadiran dia karena seseorang yang lain, dan ternyata dia yang ntah hingga kapan bisa melupakan gue. Tapi sudah kok, dia sudah berhasil melupakan gue, dan dia memiliki 3 orang wanita yang dia kasihi.

Seandainya saja dia membaca tulisan gue ini (which I don't think so) gue hanya ingin mengucapkan semoga berbahagia, dengan kehidupannya sekarang, tanpa kehadiran gue. Beberapa waktu lalu gue sempet melihat pesan dia dalam FS gue, dan tanpa bermaksud menolak untuk menolongnya, (I wish I can help you) gue dengan sengaja tidak membalas. Jahat ya gue? Seandainya kamu membaca, harap kamu mengerti... bukan aku tidak mau menolong.. hanya saja, aku tidak bisa.... suatu saat, kalau aku bisa, aku akan menolongmu, tanpa kau minta...

Aku merindukanmu? Iya, tetapi hanya sebatas rindu, tidak lebih. Kita pernah punya kenangan, kita pernah punya ucapan, kita pernah punya cerita bersama... Sayangnya, kamu membiarkan ku pergi. Tapi inilah aku.. aku akan selalu pergi.. dari orang orang yang menyayangi aku... It's just me....

Aku mendoakanmu, selalu, dalam setiap doa, dalam setiap harap... asal kamu tahu....


-- to someone who calls me an angel --

Saturday, June 21, 2008

BerHaSiL !!!

Ternyata, keberhasilan itu membawa kelegaan yang luar biasa... Betul.. Luar biasa rasanya.. Luar biasa Nikmatnya ....

Setelah beberapa bulan terakhir ini gue ribut-ribut mengenai kuliah, kemarin tanggal 19 Juni 2008, gue dinyatakan lulus .. dan berhak mendapat titel baru di belakang titel lama gue... Kebahagiaan gue tambah meluap.. ketika bokap, yang selama ini selalu diam, tersenyum, mengangguk, dan menepuk bahu gue. Indahnya.... Bangga? Jelas.. dan gue rasa gue gak salah kalo gue ngerasa kebanggaan itu.. Karena itu kebanggan saya pribadi. Gue tau, masih banyak orang yang jauh lebih sukses daripada gue... Gue juga tau, masih banyak orang yang bertitel lebih tinggi dari gue... Tapi kebanggaan gue bukan atas dasar titel gue yang baru.. tapi kebanggaan akan berhasilnya gue melalui sesuatu yang gue pikir gak akan gue bisa lalui..

Gue bangga, menjadi seseorang yang ternyata masih bisa bikin bokap tersenyum. Gue bangga, menjadi seseorang yang telah mengalahkan segala frustasi dan mumet gue selama ini.. Gue bangga, melihat pacar gue yang juga bangga melihat gue.. Gue juga bangga, bisa melihat sisi lain dari kehidupan gue... Gue hanya berharap, mama sudah meninggalkan jasad nya dari alam semesta ini juga bangga melihat keberhasilan gue.

Beberapa saat gue keluar dari kelas sidang itu, gue sempat ragu bakalan lulus sebetulnya... Banyak pikiran skeptis gue mengenai judul akhir yang gue pilih. Padahal tadinya gue maju sidang dengan semangat tempur yang tinggi lho. Lalu .. setelah gue disuruh keluar kelas untuk memberi waktu para penguji berdiskusi... mata gue bertubrukan dengan mata bokap... anehnya, bokap hanya senyum, mengangguk dan menepuk bahu gue.. sesuatu yang jarang beliau lakukan... lalu gue bertekad, apapun nanti hasil yang gue dapatkan... gue harus berani mengangkat kepala dan mempertanggung jawabkan hasil nya ke bokap.

Setelah dipanggil, gue masuk... jantung gue berdegup keras... Lalu mereka mengumumkan .. dan ternyata gue lulus.... Napas lega gue keluar dengan sendirinya, tanpa bisa gue cegah. Para penguji tersenyum. I can not help it .... Rasanya pengen banget gue langsung sujud... tapi untungnya gue bisa mencegah diri gue atas perbuatan memalukan... gue memilih sujud nanti saja...

Setelah gue tau gue lulus dan dapat nilai yang cukup baik.. (ah... gue bangga dengan nilai gue, tapi takutnya disangka sombong)... gue langsung menghambur ke bokap.... dan gue.. untuk kedua kalinya seumur hidup gue... gue melihat mata bokap berkaca-kaca.... Gue melihat bokap berkaca-kaca, bahkan nangis, sewaktu mama meninggal... dan kali ini gue melihat sesuatu yang bikin gue akhirnya nangis... Bokap bangga .. dan mungkin ... hanya mungkin.... ini adalah hal terakhir yang gue minta dari bokap.. semoga gue bisa selalu bikin bokap bangga lagi ...

Terimakasih Tuhan, Kau sudah begitu baik... Terimakasih teman-teman yang sudah membantu... Terimakasih .... tak terhingga...

-------------------

Wednesday, June 18, 2008

Kenapa SiH?!

Ini cerita tentang omong kosong belaka sih, tapi kadang gue bingung aja kenapa masih ada aja orang-orang seperti ini. Dunia maya, dunia internet, sekarang sudah menjadi bagian dari keseharian gue. Entah itu cuma browsing checking emails, blogging, ngecek Friendster, atau sekedar iseng iseng chatting di IRc.

Sejak internet masuk ke Indonesia dan akhirnya aplikasi MIRc tersebar luas, gue termasuk orang yang 'addicted' atau 'irc freak'. Gak ada hari gue gak chatting, sekedar cari hiburan, ngebuang waktu, ndapetin temen, kadang juga gbtan, atau bahkan pacar. (itu bakalan gue bahas lain kali deh). Intinya, chatting itu arti katanya kan ngobrol. Daripada ngobrol di telpon yang bisa ngabisin duit berpuluh-puluh ribu, mending kita ngobrol di text. Kalo ngobrol di sms juga ribet, jempol bengkak ataupun pulsa jebol. Apa lagi sekarang jaman jaman HP yang ada GPRS udah makin mempermudah orang buat connect ke internet dan buntutnya sengaja beli merk tertentu, cari program aplikasi javanya, supaya bisa connect ke IRc. Gue chatting di undernet udah cukup lama, dari tahun 1999. Namanya juga hidup, pasti ada ups and downs nya. Dan gue termasuk orang yang senang hidup di "zona nyaman". Gue udah pernah nongkrong di dalnet, efnet, bahkan wasantaranet. Tapi yang bikin gue nyaman, cuma di undernet.

Gue dulu seringnya masuk #indonesia di server undernet itu, pake nick UpRiT. Kayanya udah jadi trademark di undernet. Sebelum nick itu, gue pernah jadi ce_eimutz atau eimutz. Tapi sejak disalahartikan menjadi 'emut' gue males pake itu lagi :D

Nah, nick UpRiT ini, entah kenapa, menurut orang orang sangat tidak 'wanita'. Seringnya gue dipanggil 'bro' yang menurut gue artinya 'brother'. yea well.. I AM NOT YOUR BROTHER!! secara gue cewek. Atau ada yang lebih kejem lagi, langsung manggil Kang UpRiT. Please deh. Anyhow, gue seneng dengan keberadaan atau 'ke-eksistensi' an gue di undernet, terutama di channel channel berbahasa indonesia, atau jawa. Menurut gue pribadi, kenapa gue merasa eksis, ketika gue dijadikan OP atau ketika gue masuk di salah satu channel, dan yang ada di channel mengenal dan menyapa gue.

Beberapa tahun belakangan ini, orang orang yang sering chatting dulu sudah mulai surut, mereka mungkin banyak kesibukan lain yang bikin mereka jadi gak bisa chatting. I don't blame them. Tapi kalau gue, aneh aja. Karena teman-teman yang ada di irc, adalah teman teman real. Gue sering ketemuan dengan banyak orang di antara mereka. Artinya, gue tau bentuk dan tampang mereka, dan itu menjadikan mereka tidak hanya menjadi teman di dunia maya, tapi juga ke kehidupan nyata. Ketika orang chatting di irc dan sudah tau nomor hp kita, menurut gue, itu sudah masuk ke kehidupan nyata.

Ini terjadi beberapa hari ini, ketika ada salah satu teman gue, dimusuhi hanya karena omongan yang 'terkesan' memprovokasi bagi sebagian orang. Padahal sebetulnya, mereka tidak kenal dengan teman gue ini, ketemu pun tidak pernah, kok mereka bisa menjustifikasi, menghakimi bahwa teman gue ini rusak, tidak berpendidikan atau apalah gitu. Kebetulan gue sendiri sudah sering ketemu sama temen gue ini, kalo dibilang, kita sama sama 'satu angkatan' di irc. Omongan dia emang terkesan ngaco, tapi dia orangnya ya.. emang konyol.

Disini gue makin bingung, ketika banyak orang yang chatting lalu semuanya dimasukkan ke dalam hati. Kita bercanda segala macem, ngetik agak kasar, bukan berarti orangnya seperti itu kan? Lalu, datanglah segerombolan orang yang tidak suka dengan teman gue ini, dan bingungnya gue, mereka lalu menghasut, memfitnah dan membuat sikap permusuhan. Mending kalo cuma teman gue ini yang dimusuhin, teman temannya juga. Dianggap sebagai musuh, dianggap sebagai pengikut. Sadar dong.... ini irc... setiap orang boleh berteman.. boleh berpendapat.. tapi kan tetep punya prinsip dan kepribadian masing-masing....

Sampai beberapa hari lalu gue sempet 'terusik' ketika melihat ada omongan bahwa gue ini dianggap sebagai musuh juga, hanya karena gue berteman sama dia. Dan mulai juga omongan omongan miring itu. Gak berhenti disitu juga... mereka lantas menghasut juga... Ada ada aja.... !!

Kok ya masih ada aja, orang memusuhi sampai menghasut, memprovokasi.. kaya politik aja... mbok ya kalo memang tidak suka, diomongin ke orangnya, tanyakan alasan dia kenapa dia bicara seperti itu. Yang LUCU ... mereka beraninya keroyokan, setiap dikonfrontasi sendiri, malah memilih untuk diam. HaduH! :)

Yang lebih parah, di sebagian channel malah menganjurkan untuk memusuhi teman teman yang lain, tanpa pandang bulu, entah itu cewek, pacar, teman atau sahabat!! Otak-otak itu pada dimana sih? Bisa tidak membedakan yang mana irc dan nyata? Ya gue tau, kadang irc memang bisa melepas penat, bisa ngobrol, bisa jadi ajang buat curhat, tapi .... kalo irc jadi ajang untuk cari musuh.... mending gak usah chatting deh ... Mental seperti itu sih, mending diem, duduk di rumah, baca novel.... atau sekalian.. jadi satpol partai politik.... :) biar bisa hantam kiri dan kanan... cari musuh sekalian.... jangan bawa bawa provokasi lah di irc... cuma irc gitu loh...

Mending kalian baca dulu itu manual irc, kenapa dibuat irc, apakah irc itu.... tapi yang jelas, bukan untuk cari musuh atau membuat kubu kanan atau kiri. Yang gituan mah, di dunia nyata udah ada.. Hehe....

Nah, yang tersinggung sama tulisan ini juga... jangan lantas menghakimi.... coba.. ditelaah dulu, dipikirkan .... (kalau punya otak buat mikir sih... ) apakah yang kita lakukan itu sudah benar? Mengapa kita memilih untuk menjadi pengecut dan sibuk bersembunyi di ketiak orang sedangkan dunia begitu luas untuk dijelajahi?

-----------

AneH!

Gak usah liat judulnya, kadang saya suka bingung kalo mo ngasih judul tulisan. Sama seperti ketika gue harus berhadapan dengan sesuatu yang namanya tesis. Baru pertama kali kuliah, udah ditanya, kira-kira judul tesisnya apa nanti? Buset, kuliah aja baru mulai, udah ditanya tugas akhir. Gak kepikir! eh, mungkin, Belum terpikir lebih tepatnya. Sama juga ketika gue akhirnya memilih salah satu judul, ditolak sih enggak, tapi kata dosen pembimbing gue, "Bosen saya liat judul ini-ini mulu". Buset. Kadang, kita ini kan maunya kan yang enak, ya? Sama lah, gue juga pengennya yang enak, nyari judul tesis yang enak, yang kita gampang dapet datanya. Ngapain sih mempersulit diri? Akhirnya, gue sendiri yang mempersulit diri, gue meng'iya'kan anjuran dosen pembimbing gue untuk ganti judul. Yah, itulah... mempersulit diri! Buntutnya, gue jadi jarang banget tidur di bawah jam 11 malem, boro boro 11 malem, lebih sering gue tidur jam 6 pagi. Untungnya gue pengangguran, jadi gak ada tanggung jawab buat bangun pagi.

Sama seperti tadi, ketika gue "akhirnya" menyelesaikan tesis gue. Kenapa gue pake tanda kutip? Karena emang belum kelar seutuhnya, pasti nanti setelah sidang akan banyak sekali yang harus direvisi. Siap siap begadang lagi. Anyway, tadi pagi gue gak tidur, menyelesaikan sampai bab akhir, bab kesimpulan.... baru mau istirahat 5 menit, gue udah dijemput buat ke kampus. Sampai di kampus, dapat tanda tangan dosen pembimbing, gue harus memperbanyak copy tesis gue untuk diserahkan ke petugas dan penguji. Kampus gue ini terpisah antara 2 tempat. Satu dosen pembimbing gue ada di Pondok Labu, satu lagi di Gambir. Dan gue hanya punya sisa waktu 2 jam untuk uber uber dari pondok labu ke Gambir. Setelah menjilid copy tesis, gue langsung naik taksi, karena gue bawa laptop di tas, bwerat bener itu tas. Sampai di taksi, gue buka buka tesis gue.... loh loh.. ini kenapa lampiran ada di halaman depaaaannn...?? Daftar isi ada di belakang.... Kata pengantar juga di belakang! Ah! Ade-ade ajeeee... Mau balik lagi tanggung, udah nyampe di daerah Pangeran Antasari. Gue udah coba 2 tempat foto copy buat benerin, mereka bilang takut rusak. Akhirnya gue nemu tempat yang bisa ngejilid ulang. Phew. Lega rasanya...

Keluar dari tempat itu, balik lagi ke taksi.. mobil udah berderet-deret panjang! Maceet totaal!! ada apa sih yeeee!!! Untungnya gue masih ditungguin buat nyerahin.... 15 menit lagi, itu kampus tutup. Dan ternyata juga.... deadline nya bukan hari ini!!!! Tapi besok!! Tau begituuuuuuuuu!!!

Dan gue dijadwalkan untuk sidang tesis hari Kamis ini.... Doakan saya ya.... :)

Saturday, May 31, 2008

Menjadi Motivator

Beberapa bulan ini, gue 'tergelitik' dengan kata "motivator". Beberapa waktu lalu, pernah ada sms mampir ke hp gue yang lama... "Terimakasih, sudah menjadi motivatorku". Intinya begitu. Gue sendiri tidak pernah berfikir bahwa gue akan menjadi motivator seseorang.. wong memotivasi diri gue sendiri aja susah, apa lagi jadi motivator orang lain.

Tapi, apa hendak dikata, dia bilang seperti itu. Hidung gue jadi kembang kempis baca sms itu. Bukan, bukan karena pilek, tapi gue merasa apa ya.... senang? tersanjung? Mungkin. Beberapa orang mungkin tidak pernah berniat untuk menjadi motivator orang lain. Kita mungkin sering denger lah... ikutan seminar "ini" dan "itu" bagus memotivasi diri sendiri. Tapi ya itu tadi, hanya untuk memotivasi diri sendiri, bukan untuk memotivasi orang lain kan? Gue agak ngelantur tampaknya. hehe...

Anyway, dengan umur gue yang semakin tua, sudah banyak pengalaman yang pernah gue jalanin dan alami, termasuk motivasi itu sendiri. Gue pernah mencoba beberapa kali untuk memotivasi diri gue sendiri ketika menulis tugas misalnya. Dan seringnya berhasil. Motivasi itu apa sih sebenernya? Motivasi menurut definisi gue sendiri adalah mendorong. Bukan mendorong ke jurang, tapi justru mendorong ke arah yang lebih baik.

Tidak ada niatan gue untuk memotivasi dia (yang sms itu) gue hanya bercerita waktu itu, bahwa gue pernah mengalami hal yang dia alami dan ternyata gue mampu mengatasi hal yang dia alamin itu. Kalau ternyata cerita itu membuat dia termotivasi dan ternyata berhasil, itu semua atas 'kelakuannya' dia sendiri. Dia sendiri yang mampu memotivasi dirinya sendiri untuk berhasil. Karena pada dasarnya semua itu hasil perbuatan kita sendiri kok, percuma kalo gue, misalnya, cerita panjang lebar dan sibuk memotivasi orang itu, tapi dia sendiri gak usaha. Gagal dong jadi motivatornya?

Anyway, intinya adalah ini, ketika kita ngobrol dengan seseorang, tanpa kita sadari kita telah memotivasi dirinya dan diri kita sendiri untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Jangan ditampik, percaya deh, menjadi motivator itu ternyata menyenangkan, apa lagi memang kita tadinya tidak berniat untuk menjadi motivator.. hehehe.... Tulisan ini asli ngaco.. gue lagi kangen nulis aja benernya... tapi keabisan topik... hihihih... :)

Berita-berita...

Beberapa bulan ini, gue sibuk banget, ngerampungin proposal thesis yang gue pikir "kok gak kelar-kelar". Sampe beberapa temen di Irc bilang gue sombong banget, online di irc cuma pake nick 'away', dan jarang ngebodor di channel.

Setelah beberapa minggu gue begadang demi thesis... oh, dan juga melepas penat di irc kadang, akhirnya kelar juga 40% dari kerjaan gue itu. Kenapa gue bilang 40%? Karena gue belum seminar proposal. Astaga.. kalo dipikir, tahapan buat lulus S2 ntu susah banget sih.... Gue gak pernah ngalamin kaya gini. Ya maklum aja, gue blum pernah ngalamin S1. Dulu gue kuliah kan cuma D-IV. Dan gak ada acara bikin skripsi yang njelimet itu. Bikin laporan PKL, dan sidang, kelar. Dan lagi, sidang dulu gak 'sebombastis' temen temen lain yang bikin skripsi. Walhasil, kayanya susah banget gue.

Sekarang, setelah proposal gue kelar, gue sedang menanti untuk seminar proposal. Masih banyak yang harus gue kerjain lagi... Untungnya ada Choy yang siap ngebantu anter jemput kampus buat ke kampus. (makasih ya...) Sekarang ini, gue sedang dalam tahap membuat 'paparan proposal' dan harus pake power point. Gue merasa, proposal thesis gue kemarin itu gak begitu menarik buat para penguji. Akhirnya, gue harus bikin supaya mereka meloloskan gue untuk bisa nerusin thesis, jadi, niat gue ini, mo bikin paparan yang atraktif, semenarik mungkin, biar para penguji itu bisa senyum-senyum ngeliat powerpoint gue.

Selepas gue ngirim proposal ke sekretariat, gue dapet berita baik, Choy, yang udah lama agak bosen dengan kantornya yang sekarang ini, "sudah tidak kondusif lagi" - katanya, dipanggil buat interview di tempat lain. Kali ini, gue mengajukan 'proposal' lagi ke dia, minta gaji yang lebih banyak dan juga jabatan yang lebih layak untuk dia :)

Dan kemarin, tanggal 29 Mei, Choy diterima di kantor barunya. Bergerak dalam bidang yang sama, Online Game, tapi dengan karir yang lebih baik (semoga) dan jabatan yang lebih baik, juga gaji yang lebih 'layak' . Selamat ya Choy! Kalau tidak ada aral melintang, dia mulai bekerja di tempat yang baru tanggal 9 Juni depan.

Agak bernapas lega akhir bulan ini... kayanya Tuhan sedang tersenyum sekarang. Well, greater power comes with a greater responsibilities.... Semoga Choy siap dengan tambahan tanggung jawab itu nantinya. -amin-

Makasih buat temen temen yang udah ngebantuin, ngedoain .... :)) semoga akhir bulan Juni besok, kita sama sama dapat 'cipratan' traktiran Choy .. gaji pertama di tempat baru! *hahaha...*

Thursday, May 01, 2008

My dog, Jacko


Gue ini tmasuk fanatik cinta sama anjing. Gue pernah piara anjing sampe 5 ekor, di rumah gue yang kecil ini. Selain buat jagain rumah, ternyata makhluk ini bener-bener bisa ilangin stres gue. Daerah pemukiman gue, termasuk banyak yg gak suka anjing. Sayang banget, padahal semua anjing gue termasuk galak buat gonggongin pemulung. Bukannya gak suka sama pemulung, ya. Tapi gue seringkali sebel sama tingkah mereka. Plastik sampah yang udah diiket, dibuka-buka, dikeluarin isinya. Kalo udah dapet yang mereka cari, boro-boro dirapiin, sampah yang udah mereka keluarin cuma ditinggal gitu aja. Pernah juga, sampah udah ditaruh di dalam pagar, malah dicongkel-congkel pake alat ala kapten hook itu.

Anyway, pernah suatu ketika, Jacko keluar pagar, pulang-pulang, badannya penuh luka tusukan. Gue rasa dia ribut besar dengan tangan kapten hook. Terpaksa dia gue bawa ke dokter hewan, buat dijahit.
Jacko ini manjanya setengah mati sama gue, dan cemburuan! Seringnya sih, dia ramah dan cuek sama Choy, cowok gue. Tapi, kalo lagi iseng mau manja sama gue, Jacko langsung naik ke sofa dan duduk di tengah-tengah gue dan choy, atau sekedar naruh kepalanya dia ke pangkuan gue. Hehehe.. Dia juga lumayan jago dsuruh ngejar sesuatu yang bergerak, tikus, kecoa, dan seringkali kalo kumat badungnya, dia nguber semut terbang.

Emang sih, dia juga badung buanget. Tetangga kadang juga protes ke gue, karna diuber Jacko gara-gara bawa payung.

Anyway, yang bikin gue rada-rada sewot, adalah kejadian sekitar 2 minggu lalu. Malam minggu lalu, entah kenapa, gue tepar, gak bangun-bangun sampai jam 10 malem. Walhasil, gue ga diapelin. Eh, Jacko malah bawa pacarnya ke rumah! Udah gitu pake ngelakuin aktivitas mesum di depan gue! Sejak itu, pacarnya jadi sering nginep, duh, samenleven gitu deh. Nah, Jumat kemarin, pagi-pagi, pacarnya mungkin pulang, dan karena bokap gue yang gak suka Jacko masuk rumah ini pas dateng ngunjungin gue, Jacko akhirnya ke halaman. Kebetulan matahari terik banget, dia mungkin pengen ngadem di mana gitu. Tapi, ternyata sampe hari ini, dia gak pulang... :-( sedih banget gue. Gue sering tau ada beberapa orang yang suka ambilin anjing, buat dijual ke orang yang berasal dari suku tertentu untuk dimakan.. Ngebayangin anjing gue disiksa sampai mati buat dijadikan santapan, bener-bikin gue nangis kaya kesurupan. Sekarang aja gue masih nangis. Kok tega ya.. Padahal gue kasih kalung, biar ada tanda kalo dia dipiara.. JAHAT BANGET MEREKA ITU!!

Beneran,gue sumpahin mereka yang ngambil Jacko, lidahnya ga berhenti ngeluarin air liur!

Gue kangen banget sama anjing gue.. Semoga dia baik-baik aja dan bisa nemuin jalan pulang ke rumah gue... Miss u so much buddy! :'(

Friday, April 18, 2008

Gathering IRc - Ragunan!!!

InterRelay Chat = atau biasa disebut dengan IRc, adalah tempat yang sering dituju untuk orang-orang yang sering bete, menambah teman hingga mencari jodoh. IRc, merupakan satu tempat chat online yang paling sering gue kunjungin. Gue sudah menjadi salah satu 'anggota komunitas' irc sejak tahun 1999, beberapa bulan setelah mama meninggal, dan gue gak ada temen buat ngobrol atau curhat, HIngga sekarang. Pun setelah makin banyak orang menggunakan irc sebagai ajang untuk sekedar ngobrol, bercanda, cela-celaan, atau kadang berbuat onar, gue masih tetep setia dengan ajang chatting online ini.

Beberapa bulan setelah gue pertama kali masuk ke irc, kita sering mengadakan kopi darat. Ketemu di real life, untuk sekedar berkenalan dengan temen-temen yang sering gue ajak ngobrol di channel irc ini. Hingga akhirnya gue mengikuti salah satu ajang bergengsi (menurut versi gue) yaitu Gathering antar teman irc. Karena gue seringnya berada di salah satu server - undernet- waktu itu gue berkumpul di Jogja, tempat Gathering Undernet ini berlangsung. Dan, ternyata Gathering Undernet ini sudah dua kali diadakan, di kota yang sama.

Ternyata, irc ini bukan hanya tempat untuk ajang ngobrol, tapi juga ajang untuk mencari informasi, mencari teman, dan juga mencari jodoh. Banyak teman-teman yang gue kenal ternyata justru mendapatkan jodoh melalui irc, dan mereka hidup bahagia (bahagia gak sih, lu pada? )

Beberapa tahun setelah ajang gathering itu, lalu muncul gathering kecil-kecilan, yah, cuma sekedar teman-teman dekat yang berada di satu kota, lalu kumpul bareng... Obrolannya? Apa lagi kalau bukan obrolin teman-teman irc juga. Walaupun akhirnya setelah sering ngobrol bisa meluas.. bisa tukar menukar informasi, tukar ilmu mengenai IT, permasalahan komputer, atau apa aja. Bagi gue, irc merupakan salah satu fasilitas, yang gak membuang waktu, walaupun banyak orang yang bilang chatting merupakan pembuangan waktu yang sia-sia.

Irc, buat gue menjadi satu tempat untuk bersosialisasi, untuk mengungkapkan pendapat dimana saat ini banyak tempat yang melarang kita buat bebas berpendapat, mengungkapkan uneg-uneg, mencari informasi, data, hingga ajang pamer-pamer kehebatan dalam bidang IT. Irc juga tempat dimana gue bisa melatih kemampuan bahasa Inggris gue dengan berkenalan dengan berbagai orang di seluruh dunia, menyelami kebudayaan di berbagai tempat, mengenal berbagai karakter orang di berbagai pelosok dunia.

Sayangnya, saat ini banyak individu-individu yang belum mengenal Irc secara mendalam. Banyak dari mereka yang hanya ingin meracau, adu hebat dengan flooding, atau berbagai cara lain. Sungguh disayangkan.

Anyway, berangkat dari acara gathering-gathering tadi itu, gue sering ikutan acara kumpul-kumpul dengan teman-teman irc, hingga sekarang. Sering kita ngadain acara kumpul-kumpul di mall, hanya makan bersama sambil nongkrong bareng. Karena agak bosan kalau ngobrol di mall, dan juga karena lama lama risih juga tiap nongkrong kita gak pernah bisa kurang dari 5 jam (hingga para waiter restaurant terpaksa pasang muka jutek) akhirnya kami berinisiatif untuk ngumpul di tempat lain. Kali ini pesertanya hanya sedikit, jadi kami pikir, lebih baik kami tidak menghabiskan banyak uang hanya sekedar ingin ngumpul bareng.

Dengan iseng, gue mengajukan tempat di Ragunan. Yap. Kebun binatang Ragunan. Satu-satunya kebun binatang di Jakarta Raya ini. Kenapa? Karena belum tentu semua orang yang tinggal di Jakarta ini pernah menengok kebun binatang milik Jakarta ini. Gue sendiri sudah bertahun-tahun gak pernah ke Ragunan, hingga akhirnya ada seorang teman yang bilang, Ragunan sekarang udah bagus lho. Skeptis, beberapa waktu lalu sebelum acara gathering, gue dan Choy pergi ke sana. Sembari mengingat-ingat masa SD waktu pertama kali ke kebun binatang ini, kami berdua jalan-jalan ke sana. Belum banyak yang berubah ternyata, kandang-kandang di sana masih kecil, tidak layak untuk mengandangi beberapa hewan di sana. Atau mungkin gue yang sudah terlalu sering melihat Animal Planet dengan kandang-kandang hewan yang buesar buesar dan mirip dengan habitatnya.

Anyway, akhirnya kami bertujuh pergi ke Ragunan. Ternyata pas ke sana .. padet banget! Gue sempet bilang, wah ternyata Ragunan belum hilang pamor sebagai tempat tujuan wisata orang-orang ke Jakarta. Dan gue pikir juga, baik juga orang tua mengajak anak-anaknya untuk mengenal lebih jauh tentang hewan-hewan ini. Ternyata gue salah duga. Memang banyak anak-anak yang diajak... dan ternyata.. bukan untuk memperkenalkan hewan.. mereka diajak berpiknik. Banyak daerah rerumputan dan pepohonan yang akhirnya terpaksa penuh sesak dengan para orang orang yang datang. Mereka membawa bekal makanan, menggelar tikar, menginjak rumput.... sedih rasanya. Tapi mau gimana lagi? Tempat duduk di sana hanya disediakan di warung-warung makan. Kalau lagi gak pengen makan gimana dong? Akhirnya dengan rasa agak bersalah, kami ikut-ikutan menggelar tikar. Piknik sendiri. Ngobrol ngalur ngidul... mau ngeliat hewan juga bingung.. kebanyakan manusia yang berlalu lalang.

Oh well, tampaknya gagal acara gathering di tempat terbuka seperti ini.. next time.. mungkin kita tetap kumpul-kumpul di mall.. biar aja para waiter itu jutek... toh kita bayar :p

Tapi, bulan Agustus ini, rencananya kita akan ke Bali. Berangkat beramai-ramai dari Jogja. Kayanya bakalan asik.. Tunggu aja crita dari gue... Tentu beserta foto-foto :) Gak sabar rasanyaaa!! :)

Thursday, April 17, 2008

Jenjang Pendidikan, perlu?

Hampir setiap hari Jumat, saya selalu saja uring-uringan. Ini udah berlangsung selama hampir 1,5 tahun belakangan ini. Kenapa? Karena hari Sabtu adalah hari dimana saya kuliah. Setiap hari Jumat, orang yang mengenal saya, sangat tahu perilaku saya. Saya berubah menjadi seorang yang agresif, sensitif, tidak mau dikritik dan sangat egois. Bukannya di hari-hari lain saya tidak seperti itu, tapi kadarnya menjadi sangat berlebih, setiap Jumat. Tapi sebetulnya, hari Sabtu juga saya nantikan. Ya karena kuliah itu. Saya jadi berkesempatan untuk melihat serta bercengkerama dengan teman-teman sekelas, bercanda dan tentu membawa pulang ilmu.

Anehnya, setiap hari Jumat, saya selalu tidak bisa tidur lebih awal. Sehingga setiap hari Sabtu pagi, hampir bisa dipastikan saya ogah-ogahan bangun. Padahal, kalau hari biasa juga ogah-ogahan. Ya, namanya pengangguran, gak usah protes lah... Tapi ini gak akan berlangsung lama... Sabtu besok ini, adalah hari terakhir saya kuliah. Setelah itu, saya akan lebih sibuk, supaya bulan Agustus saya bisa lulus, diwisuda dan pergi ke Bali bersama teman-teman saya. Most of all, biar cepet kelar ni kuliah, supaya bisa memikirkan hal-hal lainnya.

Beberapa waktu lalu, ada teman yang berkomentar : Jah! Hare geneeeeeeeee.... kuliah?? Gak jaman!!

Saya sempet memikirkan komentar itu, sebelum membalas dengan komentar yang lebih cerdas dan lebih 'asal-asal'an. Pemikiran saya adalah ini:

1. Mungkin yang berkomentar sudah 'jengah' dan bosan mendengar kata-kata "kuliah", sehingga berkomentar seperti itu.
2. Mungkin yang berkomentar sudah merasa cukup ilmu (saya menduga mungkin dia sudah professor) sehingga saya yang masih kuliah dirasa sudah telat untuk menimba ilmu.
3. Mungkin yang berkomentar merasa ilmu tidak harus dicari di bangku kuliah saja. (ya, emang bener sih).
4. Mungkin yang berkomentar sudah tau betul bahwa seharusnya saya, yang berumur 30-ish sudah terlambat untuk menimba ilmu, dan seharusnya memikirkan hal yang lain, ngurus suami atau anak misalnya.

Tapi demi norma 'kesopanan' saya lalu membalas : Yah, ilmu sepanjang jaman, mas!

Namun, setelah beberapa saat, saya terpekur, terdiam. Apakah memang betul, bahwa kuliah saya ini memakan waktu saya? Menyia-nyiakan hidup saya? Bahwa seharusnya saya tidak perlu kuliah lagi, toh sebagai wanita, nantinya saya juga akan lebih banyak mengurus hidup suami dan anak anak saya kelak. Dan demi kata kata "ilmu sepanjang jaman", saya seharusnya tidak perlu kuliah, dan lantas menyerap ilmu dari media lain, selain di perkuliahan, mendengarkan "dongeng" dosen, menekuri literatur, menjaga agar tidak 'jebol absen' serta berbagai pernik-pernik uji kemampuan demi selembar 'sertifikasi' agar diakui sebagai wanita yang 'berpendidikan' ?

Saya sangat setuju dengan pendapat bahwa ilmu tidak harus didapat dari bangku perkuliahan. Bahwa kemampuan tidak hanya berupa kertas sertifikat kelulusan dengan nilai nilai transkrip yang menjadi tolak ukur untuk ikut 'meramaikan' Daftar Riwayat Hidup sebagai syarat mendapatkan pekerjaan. Tapi kenapa ayah saya ngotot untuk mengembalikan saya ke bangku kuliah?

Saya ingat, dulu beliau bilang : kuliah ini akan mengubah hidupmu. Yah, akhirnya memang mengubah hidup saya. Saya jadi membuka buku lagi, gemar membaca lagi... dan kali ini bukan novel atau komik kungfu-boy. Tapi saya mengartikan bahwa kata kata ayah "mengubah hidup" yang dimaksud adalah supaya saya mendapatkan kerja yang lebih baik, mendapatkan posisi yang lebih baik, mendapatkan tentunya, uang yang lebih banyak. Sayangnya, saya belum bisa membuktikan itu. Walaupun orang bilang Indonesia adalah orang yang 'sertifikat minded'. Maksudnya, orang yang mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih baik, mendapatkan kesempatan yang lebih banyak. Pembuktian jenjang pendidikan yang lebih baik, tentunya harus kasat mata, dibuktikan dengan adanya surat kelulusan, sertifikat.

Awal-awal saya kuliah lagi, saya sempat bangga. Meng-update CV saya dengan menambahkan daftar pendidikan dengan satu poin lagi "Sedang mengikuti pendidikan". Namun, saya merasa hal ini malah menyulitkan saya. Banyak teman yang saya tanyakan, "ada lowongan?" dan mereka pun memberikan informasi, cukup banyak malah, agar saya dapat bernasib baik dan lalu bergabung dengan tempat dimana mereka bekerja. Namun, mereka akan bertanya balik "lho, loe ? (menyebutkan program kuliah yang saya jalani)". Saya mengangguk, bangga saat itu. Karena saya tau, tidak banyak orang yang bisa mendapatkan kesempatan untuk kuliah setinggi saya. Tapi ini menjadi bumerang untuk saya. Mereka dengan muka yang agak susah dijelaskan akan berkomentar "waahh.. kantor gue kayanya gak mampu nggaji orang dengan jenjang pendidikan elo..". Awalnya saya merasa (dengan sedikit jumawa) bahwa mungkin kantornya tidak cukup bonafid untuk menerima saya sebagai salah satu karyawannya. Tapi, setelah saya juga melamar pekerjaan melalui online lowongan yang tersedia di internet, saya menjadi agak pesimis. Saya yang tidak cukup pandai, atau mereka 'silau' dengan status 'kemahasiswaan' saya? (baca: takut bayar gaji yang kemungkinan akan saya minta tinggi sesuai dengan jenjang pendidikan saya).

Padahal, sebelum saya kuliah, saya termasuk orang yang gampang untuk mendapatkan pekerjaan. Bukannya menyombong, dengan beberapa perusahaan yang telah mempekerjakan saya, dan dengan sedikit ilmu dan kemampuan saya, dulu saya bisa saja mencari pekerjaan dengan mudah. Namun, ketika saya sudah memperdalam ilmu (baca: memperluas wawasan) dan semoga mendapatkan lebih banyak kemampuan, kok malah susah ya, cari pekerjaan? Malah, demi mendapatkan pekerjaan, saya sampai sedikit 'menurunkan' standar gaji saya.

Kata teman saya : jangan nurunin standar gaji elu, tapi hapus aja sementara itu jenjang pendidikan elu. Toh belum lulus juga kan? Ntar kalau udah diterima kerja, baru deh, lo tunjukin sertifikat elu. Bisa buat naikin gaji kan?

Hmmm... saya jadi mikir... Apakah memang seharusnya begitu? Saya ini menulis jenjang pendidikan saya yang belum lulus itu bukan tanpa sebab. Saya hanya tidak mau jadwal kuliah saya terganggu. Banyak perusahaan sekarang yang mencanangkan hari Sabtu kerja juga. Jadi saya memakai embel-embel "saya hanya kuliah pada hari sabtu, jadi hari senin hingga jumat saya dapat bekerja penuh".

Teman saya yang lain bilang : belum nasib elu kaliiiiiiiii!

Lagi lagi saya bertanya dalam hati, apa iya, belum nasib saya? Jadi buat apa dong, saya kuliah lagi, mumet lagi, kalau ternyata di CV saya harus saya hilangkan jenjang pendidikan saya yang kata ayah saya bisa mengubah hidup saya?

Jawab teman : ya buat ngubah hidup elu, ternyata lulusan semacam elu itu susah cari kerjaan!

Oh.... begitu.... *angguk angguk*

Wednesday, April 02, 2008

Gathering!


Kumpul-kumpul IRc!

The Sunset


Beberapa waktu lalu, gue dan beberapa temen pergi ke Jakarta Bay, atau lebih dikenal dengan Ancol.

Waktu sunset, gue terpersona gitu deh liatnya. Gak membuang waktu, gue ambil K610i gue, dan klak klik jepret! Ternyata pas gw liat, duh, kaya bukan di Jakarta. :-D

Well, I hope you all like this as much as I do!

Tuesday, April 01, 2008

yaelah!!!


Hari ini nyebelin... bangun tidurnya gak enak banget, soalnya "dipaksa" bangun.. cuma buat dikasih tau "ada macaroni schottel di meja makan kalau mau". Emangnya ntar gue gak bakalan bangun dan 'mengendus' makanan? haduh...

Setelah itu, jadi rusak semua mood gue. Ribet bener. Chatting dari pagi, ketemu sama temen yang ada di luar negeri. Dia katanya mau bayarin sekian persen dari tarif pesawat. Disangka gue bisa jual rumah segera? huh.

Lalu, pas lagi ceting, ketemu sama temen.. yang dengan baik dan sopannya tanya : gimana thesis? Makin berantakan lah mood gue. Tergoncang gitu lho. *heleh*

Sekarang sudah jam 3.43 pagi.. dan gue masih belum bisa tidur... ini otak maunya mikir terus... heran.. mbok leren gitu lhooooooooooo :((




Kalo lagi ngantuk ya gini ini.....
Kok yang motret ya nekat.... *grmbl*

Wednesday, March 19, 2008

Tiada JuduL

Hari ini, gue ngerasa capek, lahir bathin. Ada rasa kecewa dalam diri, ketika ada sesuatu hal yang harusnya bisa terselesaikan hari ini, namun karena fisik gak memungkinkan, gue terpaksa menunda.

Beberapa waktu lalu gue terobsesi dengan blog seseorang, dia menuturkan kata-kata yang sangat baik, seolah gue bisa mengerti jiwanya. Seolah gue berada di sampingnya dan mendengarkan dia bercerita. Sayangnya, sedikit dari jiwa gue berontak terhadap blog dia. Ketika dia mengisahkan seseorang yg tidak perlu lagi diceritakan. Tapi sekali lagi itu hak dia. Hak dia pula untuk mencintai seseorang yang telah pergi.

Penorehan luka telah begitu dalam, bernanah. Dan bagai orang yang mengidap diabetis, luka itu sulit untuk diobati. Dan gue sekali lagi tidak punya hak untuk menghakimi cinta yang bertepuk sebelah tangan itu.

Gue hanya berharap siapapun yang memiliki blog itu sadar, bahwa dia masih memiliki kehidupan yang lain dan masih ada di luar sana yang mencintai dia, seperti kekasihku yang mencintai dan menerima semua kekurangan dan kelebihan gue.

Wednesday, March 05, 2008

ReVieWs!!!

Beberapa waktu lalu gue berkesempatan buat melakukan aktivitas-aktivitas yang gue sukai;
1. baca buku/novel
2. nonton film.

Nah, beberapa waktu lalu gue sempet terprovokasi dengan adanya beberapa teman yang ngomong buku "Ayat-Ayat Cinta" dan karena gue sempet liat bahwa filmnya akan segera ditayangkan, gue sengaja beli novel ini. Ini review pribadi gue aja, lho ya.. bukan untuk memprovokasi bagi yang belum nonton...
Setelah gue baca novelnya, gue sempet nangis. Bahasanya indah, Islami, namun jujur saja.. gue hampir tidak pernah melihat dalam dunia nyata ada laki-laki di jaman sekarang yang tabiat ataupun sikap dan sifatnya seperti Fahri. Hampir tidak ada cacat. Begitu pula dengan Aisha, tokoh utama pemeran wanita yang di novel ini. Cantik, alim, bercadar, tajir pula. Yang beruntung adalah Fahri yang dicintai 4 wanita sekaligus, dan semuanya alim. Gue sempet terhenyak ketika si Aisha meminta Fahri untuk menikahi Maria, demi menyelamatkan Fahri dari penjara. Keindahan alam Mesir terpatri dengan indahnya di novel ini. "Kegarangan" alam Mesir pun juga tergambarkan dengan jelas, seperti kita sedang berada di sana, kita bisa membayangkan panasnya mesir, hausnya kita akan sumber air oase dan sifat masyarakat Islam di Mesir yang cenderung - maaf - mengkultuskan dirinya sendiri. Indahnya ayat demi ayat Kitab Suci Al-Quran yang dipaparkan juga 'mengguggah' perasaan. Apalagi gue, yang sangat minim dengan pengetahuan Kitab Suci ini.

Ketika Aisha merelakan suaminya sendiri untuk berpoligami, gue langsung membayangkan diri gue sendiri yang pasti tidak akan rela, kalau suami gue menikahi wanita lain. Fahri is one hell a lucky dude, bisa menikahi 2 wanita sekaligus. Sama sama cantik.. (digambarkan di novel sih sama sama cantik, sih) Dan Aisha sendiri? Gue melihat sosok Aisha ini adalah yang 'ter'. Tuhan pasti tersenyum waktu Dia memilih seorang Aisha dilahirkan. Minjem dari kata kata novel lain : God must be smiling when He creates Aisha.

Anyway, ketika novel ini di-filmkan... gue melihat kejanggalan-kejanggalan. Kita semua setuju bahwa novel sebagus apapun akan berbeda ketika di-film-kan. Dan lagi-lagi... ini terbukti. Agak kecewa gue ketika menonton film dengan judul yang sama dengan novel ini. Di sini si aktris Aisha (gue gak kenal dengan yang memerankan) membuat para penonton yang belum membaca novel ini melihat sosok Aisha yang sangat berbeda dengan yang di novel. Terlihat si Aisha ini tertekan jiwanya ketika dia meminta Fahri untuk menikahi Maria. Dan Maria sendiri juga terlihat cemburu. Sosok Fahri di sini menjadi sosok yang tidak bisa adil terhadap kedua wanita. Ini tidak ditulis dalam novel itu. Aisha menjadi sosok yang agak 'gila harta' karena tidak menghargai Fahri ketika Aisha membayar makan malam bersama Maria dan Ibu Maria. Menepis tangan suami ketika suami ingin membayar? Jelas tidak tergambarkan. Lalu dengan kata-kata Aisha : Tidak apa kalau saya harus tinggal di Flat biasa, tidak bisa pakai mobil stiap hari. Menurut gue menjadi sangat tidak "Aisha di novel" .

Juga ketika 'take' di luar ruangan, walaupun beberapa review profesional juga mengatakan bahwa take di ambil di India, dan karena Mesir tidak 'indah' untuk difilm-kan. Pyramid yang ada di background juga terlihat 'janggal'. Dan setelah gue baca, ternyta Pyramid itu rekayasa 'tempelan'. pantesan untanya diem aja... hihihih...

Yah... tapi overall, ceritanya sama... tentang cinta :) Walaupun film ini melambung agak jauh dari novelnya, paling enggak, gue ngeliat tempat duduk habis 100% di tiap pemutarannya selama beberapa hari ini. At least, ada 'hiburan' yang lebih layak daripada film indonesia lainnya yang horor-horor-an itu.... Lumayan.... Btw, gue ngeliat beberapa penonton juga nangis... gue sendiri nangis. Gue nangis setiap ada adegan meninggal... inget nyokab. Tapi karena kecewa film gak sama dengan novel, gue jadi gak bisa menikmati adegan demi adegan yang ditayangkan... Sayang banget....



Sunday, February 24, 2008

IdiH!!!

Nah, akhirnya gue bisa nulis-nulis lagi. Kemarin-kemarin itu, sejak gue pulang dari Surabaya menghadiri pernikahan salah satu sepupu, gue langsung tepar. Kepala pusing, badan lemas dan tiada bergairah, hidung berair, suara hilang.... (penting buat dijelasin ndak?) Anyway... akibat saya berbaring terus di tempat tidur, saya menjadi sangat tidak bergairah waktu diajak kakak buat beli hadiah buat keponakan yang ultah di Pondok Indah Mall. Tapi yah, demi keponakan... kami ke Pondok Indah Mall buat cari apapun yang ada gambar Daniel Radcliff si pemain sihir Harry Potter. Ajaibnya, begitu menginjak mall, kepala pusing saya sedikit-demi sedikit hilang... suara saya lambat laun hadir kembali... Tampaknya emang saya menderita -i've missed mall oh, so much syndrom- Entah penyakit itu ada atau tidak. Padahal di mall ya, saya ndak pernah beli atau shopping apa-apa. Cuma seneng aja liat orang lalu-lalang. Dan kebetulan mall hari itu ruame banget. Jadilah saya pening liatnya (pusing sama pening beda lho..) Tapi herannya badan saya lebih bergairah liat para oh-abg dan para tante rebutan dandan sekeren-kerennya. Kadang saya ketuker kalo liat ibu dan anak jalan.... lebih dewasa anaknya dari ibunya.

Anyway.... waktu di PIM, kami berdua mampir ke Gramedia. Ada novel yang ditumpuk rapi di bawah tulisan "Best Seller". Judulnya The Naked Traveler. Warnanya biru dan tampaknya kocak. (saya punya kebiasaan kalo liat novel dengan font tertentu, langsung 'menghakimi' isi novel tersebut, akhirnya sering salah beli...). Karena gak punya duit, saya cuma meraba-raba novel itu, lalu baca tulisan di belakang sampul, tersenyum, dan jalan lagi. Sampai pada bagian stationery... kok kepikiran ya sama novel itu? Oh well, saya sempet keluar dari gramedia, terus jalan-jalan lagi... Tapi kok tetep penasaran sama novel itu.. Ya sudah, sebelum uang saya beneran abis beli yang enggak-enggak, saya rayu kakak saya beli novelnya. (ih, ada hubungannya gak?) Untungnya kakak saya mau beli.

Di rumah, demi penghormatan, saya biarkan kakak saya membaca dulu novel itu. Begitu dia tidur, saya ambil novel di sisi tempat tidurnya, saya baca .... hasilnya..? Saya ngakak-ngakak. Itu novel ajaib banget. Bisa bikin saya minder juga. Saya ini mengklaim kalau hobi jalan-jalan... Tapi kalau dibandingin sama Trinity, saya gak ada apa-apanya banget... cuma seujung kuku kelingking kaki. (kecil banget dah pokoknya kelingking kaki saya... ). Saya juga jadi inget sama perjalanan saya yang pernah saya lakukan... Pokoknya this is a must have novel bagi mereka yang pernah jalan-jalan, pengen jalan-jalan atau sekedar membayangkan jalan-jalan... Atau cuma pengen ketawa mbayangin jalan-jalan. (ih).

Ini bukan promosi kok.. cuma berbagi review ajah.... Tapi saya ndak tau deh, kalau emang dibilang promosi... hihih....

Saturday, February 02, 2008

Kerinduan Menyeruak...

Teman, Tak terasa sudah berminggu-minggu kita tak bersapa,
Teman, batas ruang dan waktu telah memisahkan kita,
Ingatkah kamu, kala kita duduk di sini,
bercerita tentang kau dan aku,
atau hanya diam membisu, dengan pikiran kita mengembara,
ingatkah kamu, kita bicara tentang
cinta,
persahabatan,
cita-cita,
tentang kau dan aku?
Teman, hari ini aku merindukanmu,
merindukan kita bersama,
merindukan gelak tawa kita,
merindukan pembicaraan kita,
merindukan kau ada di sini,
merindukan kita menanti jawaban atas doa-doa kita.
Teman, walau jarak memisahkan kita,
semoga kita akan selalu bersama...

(dearest friend: I love you, never change, never part..... "who says life is easy, eh?" :) )

Tuesday, January 29, 2008

... Tutup Usia...

Saya termasuk orang yang sok sok "meramalkan" kepergian Mantan Presiden RI, Soeharto. Namun saya tak urung kaget juga ketika sore hari waktu nyalain TV denger bahwa Beliau sudah meninggal. Dan karena saya orang cengeng, begitu melihat tayangan perjalanan Beliau semasa hidup dan semasa menjabat Presiden, tak urung saya menangis juga.

Saya juga menangis dalam hati, ketika tayangan TV memperlihatkan kegembiraan pasangan Beliau dan First Lady mengangkat padi yang sudah di panen tinggi-tinggi. Saya tidak melihat senyum mereka, namun lebih kepada alam sekitarnya. Sejauh mata memandang, hamparan luas menguning, alam masih begitu 'bersahabat'.. Juga ketika saya melihat Almarhum mengangkat tinggi-tinggi ikan (gak tau ikan apa) yang begitu besar. Entah rekayasa atau tidak, karena saya melihat itu ikan sepertinya sudah mati ketika baru diangkat dari laut.

Tapi overall, saya melihat jasa beliau yang, bagi saya pribadi, begitu besar. Indonesia dulu dikenal di negara-negara lain. Dan kemajuan ekonomi yang begitu pesat pada eranya. Swasembada pangan, orang gak perlu antre untuk beli minyak tanah, dan entah ini benar atau tidak, dulu saya tidak pernah makan beras import. Beras Rojolele dari Cianjur sudah sangat pulen dan enak, walaupun cuma dimakan bersama garam.

Ketika melihat Putri Sulung Beliau ikut berkonprensi pers, dan secara pribadi memohon maaf apabila Ayahanda ada salah, ingatan saya melompat ketika saya kehilangan Eyang Kakung. Lalu Ibunda... Saya paham betul rasanya kehilangan seseorang yang sangat saya cintai. Untuk sekian lama saya merasa hampa.

Ironisnya, pada hari Minggu paginya, saya *tumben* baca koran Kompas. Ada artikel ketika para istri ditinggalkan oleh para suaminya. Untuk sekian menit saya termenung, mengingat-ingat seperti apa rupa ayah saya sewaktu ibunda tutup usia, bertepatan dengan hari ulang tahun ibunda. Saya mengingat saat itu ayah saya tidak mencukur jenggot dan kumisnya selama 40 hari. Badannya kurus, seperti tampak tidak terurus. Beliau hanya bekerja sebagai 'pengisi waktu luang'. Dan saya, sebagai anak yang tidak tahu diri dan tenggelam dengan kesedihan saya sendiri, saya malah meninggalkan ayah saya dengan dalih ingin bekerja, jauh di luar kota.

Kembali lagi pada artikel di Kompas, saya membaca bahwa ketika kita ditinggalkan, kita tidak terlalu merasa sepi .. ketika banyak orang melayat, memanjatkan doa agar yang meninggal diberi jalan terbaik, jalan yang lapang, dan yang ditinggalkan diberi ketabahan. Saat itu, saya sangat tabah melihat mata almarhumah terpejam untuk selamanya. Saya juga tabah melihat ketika ibunda dimandikan, lalu di kafani dan saya juga tabah mendampingi almarhumah di ambulans, yang membawa beliau ke pemakaman. Tapi saya hampir kehilangan akal sehat sewaktu melihat kain putih yang membungkus ibunda diturunkan ke liang lahat... dan pelan pelan, tanah itu menimbuni seluruh tubuhnya... Saya hampir meloncat turun hanya untuk sekedar melihat lagi wajah yang akrab menemani saya selama bertahun-tahun, dan pipi ibunda yang tiap pagi saya kecup...

Tutup Usia, meninggal apapun itu, meninggalkan goresan mendalam pada hati, bagi orang-orang yang ditinggalkan.. Selama bertahun-tahun (mungkin hingga sekarang) saya merasa saya hidup dalam kegelapan, tanpa ada pegangan... Dan saya merindukan kehadiran beliau... Moving on? Oh, saya moving on kok.. Tapi saya tetap merindukannya.... Dan saya membayangkan hidup saya bila beliau masih ada.. Apakah saya menjadi seorang seperti sekarang? Saya tidak tahu... Tapi one way or another, saya agak bersyukur ketika Yang Maha Kuasa memanggil ibunda, setelah 17 tahun menderita gagal ginjal... Saya hanya berharap, dan semoga apa yang mereka katakan bahwa beliau 'melihat' saya dari 'atas sana' adalah benar... semoga beliau melihat 'saya' yang berhasil menjalani kuliah tanpa beliau, (alhamdulillah tepat waktu saat itu), dan juga tulisan ini... Tapi.. I still miss her...