Wednesday, March 19, 2008

Tiada JuduL

Hari ini, gue ngerasa capek, lahir bathin. Ada rasa kecewa dalam diri, ketika ada sesuatu hal yang harusnya bisa terselesaikan hari ini, namun karena fisik gak memungkinkan, gue terpaksa menunda.

Beberapa waktu lalu gue terobsesi dengan blog seseorang, dia menuturkan kata-kata yang sangat baik, seolah gue bisa mengerti jiwanya. Seolah gue berada di sampingnya dan mendengarkan dia bercerita. Sayangnya, sedikit dari jiwa gue berontak terhadap blog dia. Ketika dia mengisahkan seseorang yg tidak perlu lagi diceritakan. Tapi sekali lagi itu hak dia. Hak dia pula untuk mencintai seseorang yang telah pergi.

Penorehan luka telah begitu dalam, bernanah. Dan bagai orang yang mengidap diabetis, luka itu sulit untuk diobati. Dan gue sekali lagi tidak punya hak untuk menghakimi cinta yang bertepuk sebelah tangan itu.

Gue hanya berharap siapapun yang memiliki blog itu sadar, bahwa dia masih memiliki kehidupan yang lain dan masih ada di luar sana yang mencintai dia, seperti kekasihku yang mencintai dan menerima semua kekurangan dan kelebihan gue.

Wednesday, March 05, 2008

ReVieWs!!!

Beberapa waktu lalu gue berkesempatan buat melakukan aktivitas-aktivitas yang gue sukai;
1. baca buku/novel
2. nonton film.

Nah, beberapa waktu lalu gue sempet terprovokasi dengan adanya beberapa teman yang ngomong buku "Ayat-Ayat Cinta" dan karena gue sempet liat bahwa filmnya akan segera ditayangkan, gue sengaja beli novel ini. Ini review pribadi gue aja, lho ya.. bukan untuk memprovokasi bagi yang belum nonton...
Setelah gue baca novelnya, gue sempet nangis. Bahasanya indah, Islami, namun jujur saja.. gue hampir tidak pernah melihat dalam dunia nyata ada laki-laki di jaman sekarang yang tabiat ataupun sikap dan sifatnya seperti Fahri. Hampir tidak ada cacat. Begitu pula dengan Aisha, tokoh utama pemeran wanita yang di novel ini. Cantik, alim, bercadar, tajir pula. Yang beruntung adalah Fahri yang dicintai 4 wanita sekaligus, dan semuanya alim. Gue sempet terhenyak ketika si Aisha meminta Fahri untuk menikahi Maria, demi menyelamatkan Fahri dari penjara. Keindahan alam Mesir terpatri dengan indahnya di novel ini. "Kegarangan" alam Mesir pun juga tergambarkan dengan jelas, seperti kita sedang berada di sana, kita bisa membayangkan panasnya mesir, hausnya kita akan sumber air oase dan sifat masyarakat Islam di Mesir yang cenderung - maaf - mengkultuskan dirinya sendiri. Indahnya ayat demi ayat Kitab Suci Al-Quran yang dipaparkan juga 'mengguggah' perasaan. Apalagi gue, yang sangat minim dengan pengetahuan Kitab Suci ini.

Ketika Aisha merelakan suaminya sendiri untuk berpoligami, gue langsung membayangkan diri gue sendiri yang pasti tidak akan rela, kalau suami gue menikahi wanita lain. Fahri is one hell a lucky dude, bisa menikahi 2 wanita sekaligus. Sama sama cantik.. (digambarkan di novel sih sama sama cantik, sih) Dan Aisha sendiri? Gue melihat sosok Aisha ini adalah yang 'ter'. Tuhan pasti tersenyum waktu Dia memilih seorang Aisha dilahirkan. Minjem dari kata kata novel lain : God must be smiling when He creates Aisha.

Anyway, ketika novel ini di-filmkan... gue melihat kejanggalan-kejanggalan. Kita semua setuju bahwa novel sebagus apapun akan berbeda ketika di-film-kan. Dan lagi-lagi... ini terbukti. Agak kecewa gue ketika menonton film dengan judul yang sama dengan novel ini. Di sini si aktris Aisha (gue gak kenal dengan yang memerankan) membuat para penonton yang belum membaca novel ini melihat sosok Aisha yang sangat berbeda dengan yang di novel. Terlihat si Aisha ini tertekan jiwanya ketika dia meminta Fahri untuk menikahi Maria. Dan Maria sendiri juga terlihat cemburu. Sosok Fahri di sini menjadi sosok yang tidak bisa adil terhadap kedua wanita. Ini tidak ditulis dalam novel itu. Aisha menjadi sosok yang agak 'gila harta' karena tidak menghargai Fahri ketika Aisha membayar makan malam bersama Maria dan Ibu Maria. Menepis tangan suami ketika suami ingin membayar? Jelas tidak tergambarkan. Lalu dengan kata-kata Aisha : Tidak apa kalau saya harus tinggal di Flat biasa, tidak bisa pakai mobil stiap hari. Menurut gue menjadi sangat tidak "Aisha di novel" .

Juga ketika 'take' di luar ruangan, walaupun beberapa review profesional juga mengatakan bahwa take di ambil di India, dan karena Mesir tidak 'indah' untuk difilm-kan. Pyramid yang ada di background juga terlihat 'janggal'. Dan setelah gue baca, ternyta Pyramid itu rekayasa 'tempelan'. pantesan untanya diem aja... hihihih...

Yah... tapi overall, ceritanya sama... tentang cinta :) Walaupun film ini melambung agak jauh dari novelnya, paling enggak, gue ngeliat tempat duduk habis 100% di tiap pemutarannya selama beberapa hari ini. At least, ada 'hiburan' yang lebih layak daripada film indonesia lainnya yang horor-horor-an itu.... Lumayan.... Btw, gue ngeliat beberapa penonton juga nangis... gue sendiri nangis. Gue nangis setiap ada adegan meninggal... inget nyokab. Tapi karena kecewa film gak sama dengan novel, gue jadi gak bisa menikmati adegan demi adegan yang ditayangkan... Sayang banget....