Thursday, October 16, 2008

Laskar Pelangi – Mengandung Sarat Makna??

Tanggal 25 September 2008 kemarin merupakan hari “bersejarah” mungkin, bagi seorang yang bernama Andrea Hirata. Novel dengan judul “Laskar Pelangi” yang ditulisnya diangkat menjadi film layar lebar yang diproduksi oleh Miles Production. Riri Reza menjadi sutradaranya dan anak anak Belitong asli yang memerankan tokoh utamanya. Sebelum novel ini diangkat menjadi film layar lebar, gue hanya tergugah membaca novel ini karena provokator dari para temen-temennya pacar gue yang bilang : ini novel bagus banget! Menggugah! Memotivasi! Dan sebagainya. Karena Laskar Pelangi ini merupakan buku satu dari tetralogi milik seseorang yang bekerja di perusahaan Telkom Bandung dan katanya sedang menjalankan kuliah S3 nya, gue jadi tertarik. Tertarik karena untuk ukuran S3 yang seharusnya gak ada waktu buat nulis novel, dia malah bikin 4 novel.

Anyway, setelah gue baca 3 bukunya (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor – karena buku ke-empatnya Maryamah Karpov belum terlihat di toko buku) gue menyetujui pendapat temen-temen yang lain. Novel itu .. gimana ya… sarat makna – meminjam istilah orang-orang berpendidikan lainnya. Bagi yang belum pernah baca, atau belum sempat membaca sampai habis, Laskar Pelangi merupakan novel tentang petualangan anak-anak Belitong, suatu daerah (gue gak yakin apa itu pulau atau hanya nama daerah, geografi gue selalu jelek lantaran gurunya gak enak dan sering bolos pas jam pelajaran itu) di daerah Sumatra. Anak-anak ini merupakan anak – anak dari para pegawai pabrik timah atau buruh (you name it) yang miskin namun memiliki cita-cita kemauan keras untuk mengeksplorasi otaknya. Anak-anak seusia mereka dijadikan buruh pabrik atau kuli angkut oleh orangtuanya, namun ada 10 anak yang disekolahkan. Nah, novel ini bercerita tentang masing-masing karakter 10 anak-anak tersebut, juga menggambarkan suasana dan alam dari Belitong itu sendiri. Menggugah? Jelas. Gue selalu suka dengan novel petualangan.. Apalagi, novel ini juga bercerita tentang jatuh cinta pertama si “ikal” yang gue rasa adalah cerita tentang penulis itu sendiri, Andrea Hirata. Terus terang gue gak sabar ketika tau bahwa novel ini akan diangkat menjadi film layar lebar.. iyeee.. bioskop…

Tanggal 25 September kemarin, hampir seluruh bioskop di Indonesia menayangkan ini. Karena bertepatan dengan bulan Ramadhan, gue pikir bakalan sepi… Maklum.. orang orang sejagat Jakarta Raya kan bakalan mudik tuh.. ternyata SALAH!! Mereka berbondong-bondong nonton film ini. Berhari-hari tiket habis, semua jam!! Entah orang Bintaro yang norak dan haus hiburan, atau emang film ini memang layak untuk ditonton, gue gak tau… Tapi kemarin..AKHIRNYA!! Gue bisa nonton film ini, walaupun dapet tiketnya di Blok M Plaza dan ternyata di dalem udah penuh. Ya gak penuh banget sih, sengaja gue memaksa cowo gue buat nonton tidak malam hari libur. Penasaran!! Review sementara yang gue baca di media massa itu, film ini lebih bagus daripada novelnya. Itulah kenapa gue penasaran.. Berkali-kali gue nonton film yang diangkat dari sebuah novel Indonesia, dan hasilnya.. malah merusak novel itu sendiri… Well.. mungkin gue terlalu high expectation tapi… inilah hasil review gue pribadi..

Seharusnya film ini merupakan hasil ‘angkatan’ dari sebuah novel, dan bukan karangan pribadi orang lain.. Sayang banget beberapa adegan yang seharusnya ditampilkan pada film yang menurut gue menarik di novel, justru tidak ditampilkan.. Seperti adegan “sembahyang rebut” yang dilakukan oleh orang orang Tionghoa, ketika Ikal bertemu dengan A Ling, cewek cinta pertamanya. Mungkin karena mahal atau mungkin menurut sang sutradara justru gak penting. Tapi jadi kurang ‘greget’ nya. Lalu.. ada lagi ketika cerdas cermat SD itu… yang tampil dalam film kok justru “Mahar, Lintang dan Ikal” .. padahal seharusnya “Lintang, Ikal dan Sahara”. Dan topik yang diperdebatkan oleh Juri dan Guru dari SD PN Timah itu juga gak penting banget.. beda dengan di novel.. BEDA BANGET!!! Karena gue penikmat film dan novel.. gue sangat memperhatikan detil… pada satu adegan (karena gue udah terlanjur kecewa, gue gak merhatiin adegan mana) ya ampun.. itu MICROPHONE kenapa keliataaannn??? Oh iya, harusnya gue ulangin, novel asli yang berjudul Laskar Pelangi ini bercerita tentang petualangan 10 anak... tapi di film? hmm... kok jadi melenceng ya, malah sarat dengan "pendidikan"... tentang Gurunya... dan lain-lain itu lah... *sedih*

Buanyak banget ‘kekurangan’ dari novel ini.. Gue selalu bilang sama diri sendiri untuk jangan terlalu menaruh harapan tinggi ketika novel diangkat menjadi sebuah film. Gak akan mengena!! Tapi kenapa gue gak bosen ya melakukan hal yang sama berulang-ulang? Setelah gue nonton film ini.. gue gondog bukan main. Sayang banget… OH satu lagi.. itu Tora Sudiro ngapain di film? Gak penting banget. Dalam novel Laskar Pelangi… tidak ada yaaaa karakter si Pak Mahmud yang suka sama Ibu Muslimah! Duh.. kenapa harus diadakan sih? Jadi merusak novel … Lalu saat Lintang “dianugrahi” kejeniusan pun… entah kenapa… tidak pakai efek-efek seperti dalam film “Beautiful Mind” dimana angka-angka dan huruf huruf berloncatan keluar seperti seseorang jenius. Tapi efek itu justru ditampilkan saat Ikal jatuh cinta… Bunga bunga bertebaran…. Duh…

Satu yang gue kagumi adalah ketika Pelangi berulang-ulang ditampilkan… apa lagi di pantai yang banyak batu batu besar segede-gede gaban.. Indah banget… Indonesia ternyata indah…. Pemandangan Belitong (mungkin daerah pesisir) itu sangat indah… ternyata. Dan gue bisa menikmati keindahan-keindahan itu, sekalian ‘refreshing’ setelah melihat cerita film yang dipoles sana sini dari novelnya. Adegan-adegan lucu, slapstick, juga cukup menghibur, namun kadang tetep gak kena dan gak nyambung. BTW, di novel.. Mahar ketauan bakat seninya setelah menyanyi di depan kelas menggunakan alat music bernama “sitar” .. ini kok malah rebana…. Emang sitar itu sama dengan rebana ya? Atau emang gue gak tau?

Mungkin bisa jadi gue akan nonton Laskar Pelangi lagi.. bukan untuk melihat jalan ceritanya.. tapi untuk melihat keindahan Belitong…. Gak bisa dipungkiri, efek sunset saat anak anak main di laut.. sungguh menakjubkan!! Kalau Andrea Hirata bilang ini film lebih bagus dari novelnya… gue gak tau dia bohong sama siapa.. sama diri sendiri, basa-basi terhadap Miles Production… atau kepada publik? BTW, kalaupun Andrea Hirata ternyata main main ke blog gue.. maap ye.. jangan tersinggung.. tapi bener.. Novel nya JAOH LEBIH BAGOOOSSS daripada filmnya !!! Kalau bikin film mbok ya jangan setengah-setengah.. kalau novel booming, pasti film booming kok… jangan irit sama dana produksi deeehhh!!! Saran aja sih.. hihihiih….

No comments: